Senin, 28 Desember 2015

makalah sang pencerah



BAB I
Pendahuluan

1.1        Latar Belakang
Sang Pencerah adalah sebuah film Indonesia tahun 2010 yang mengangkat kisah nyata pendiri Muhammadiyah K.H Ahmad Dahlan. Film ini bergenre Drama islami. Versi film ini, juga berjudul Sang Pencerah, ditulis oleh Akmal Nasery Basral, novelis yang juga wartawan majalah tempo. Film yang diproduksi atas kerja sama PT Wanna B Pictures dengan PT MVP Pictures, yang didedikasikan kepada KH.  Ahmad  Dahlan dan perjuangannya dalam mendirikan Muhammadiyah. Film berlatar belakang sejarah di akhir abad ke-19 yang menceritakan sepak terjang Muhammad Darwis, atau yang kemudian dikenal sebagai KH. Ahmad Dahlan.
Sang pencerah  merupakan sebuah film yang menceritakan tentang seorang tokoh yang mencoba melawan tradisi yang menyengsarakan umat dan merubahnya ke arah yang lebih baik. Tapi sebenarnya film ini, memuat hal-hal yang sensitif dan mudah menimbulkan konflik sosial. Dan setiap usaha yang ditujukan untuk menyelesaikan masalah ini selalu berujung pada kegagalan. Namun, sang sutradara berhasil membuat filmnya diterima oleh semua kalangan, dan juga mendapatkan cap sebagai film yang inspiratif.
Hal ini diperburuk dengan kaum agamawan muslim disana yang memaksakan upacara-upacara yang memberatkan kaum abangan (golongan masyarakat yg menganut agama Islam, tetapi tidak melaksanakan ajaran secara keseluruhan), sehingga agama islam disana bukan menjadi rahmat tetapi, menjadi sesuatu yang ditakuti.
Jika kita telaah kita akan melihat bahwa sistem feodal berkembang pesat di daerah Jogjakarta. Rupanya sistem kasta peninggalan kerajaan Hindu Budha masih membekas dihati para petinggi Jogjakarta. Ini mengakibatkan agamawan disana sedikit tinggi hati. Sehingga, terkadang mereka tidak mau mendengarkan pendapat yang lain karena ada rasa bahwa mereka lebih baik dari orang lain.
1.2       Rumusan masalah
1.      Bagaimana alur perfilman sang pencerah?
2.      Makna apa yang terkandung dalam film ini ?
3.      Apa solusi yang harus dilakukan ?
1.3       Tujuan
1.      Mengetahui alur cerita pada film sang pencerah.
2.      Memahami makna yang terkandung dalam film sang pencerah.
3.      Mengaplikasikan makna hak asasi pada kehidupan nyata


BAB II
Pembahasan
2.1       Sang Pencerah
Film Sang Pencerah merupakan sebuah Film Maha karya sutradara Hanung Bramantyo yang menceritakan tentang sejarah perjuangan hidup Muhammad Darwisy atau yang lebih dikenal dengan KH.Ahmad Dahlan sampai berdirinya organisasi Muhammadiyah. Yang di bintangi oleh Lukman Sardi (pemeran KH Ahmad Dahlan), Zaskia Adya Mecca (Nyai Ahmad Dahlan), Ikranegara (Kyai Abu Bakar), Sujiwo Tejo, Giring (KH Sudja, murid KH Ahmad Dahlan) dan sejumlah artis pendukung lain seperti Ikranegara hingga Joshua Suhermanyang berperan sebagai tokoh Hisyam muda. Beberapa budayawan juga terlibat semisal Sitok Srengenge, Bambang Paningron dan Bondan Nusantara.Sepulang dari Mekah, Darwis muda mengubah namanya menjadi Ahmad Dahlan. Seorang pemuda usia 21 tahun yang gelisah atas pelaksanaan syariat Islam yang melenceng ke arah sesat, Syirik dan Bid'ah.
Dengan sebuah kompas, dia menunjukkan arah kiblat di Masjid Besar Kauman yang selama ini diyakini ke barat ternyata bukan menghadap ke Ka'bah di Mekah, melainkan ke Afrika.Usul itu kontan membuat para kiai, termasuk penghulu Masjid Agung Kauman, Kyai Penghulu Cholil Kamaludiningrat, meradang. Ahmad Dahlan, anak muda yang lima tahun menimba ilmu di Kota Mekah, dianggap membangkang aturan yang sudah berjalan selama berabad - abad lampau. Walaupun usul perubahan arah kiblat ini ditolak, melalui suraunya Ahmad Dahlan mengawali pergerakan dengan mengubah arah kiblat yang salah.Ahmad Dahlan dianggap mengajarkan aliran sesat, menghasut dan merusak kewibawaan Keraton dan Masjid Besar.
Bukan sekali ini Ahmad Dahlan membuat para kyai naik darah.Dalam khotbah pertamanya sebagai khatib, dia menyindir kebiasaan penduduk di kampungnya, Kampung Kauman, Yogyakarta."Dalam berdoa itu cuma ikhlas dan sabar yang dibutuhkan, tak perlu kiai, ketip, apalagi sesajen," katanya.Walhasil, Dahlan dimusuhi. Langgar kidul di samping rumahnya, tempat dia salat berjemaah dan mengajar mengaji, bahkan sempat hancur diamuk massa lantaran dianggap menyebarkan aliran sesat. Dahlan, yang piawai bermain biola, dianggap kontroversial.Ahmad Dahlan juga di tuduh sebagai kyai Kafir karena membuka sekolah yang menempatkan muridnya duduk di kursi seperti sekolah modern Belanda, serta mengajar agama Islam di Kweekschool atau sekolah para bangsawan di Jetis, Yogyakarta.
Ahmad Dahlan juga dituduh sebagai kyai Kejawen hanya karena dekat dengan lingkungan cendekiawan priyayi Jawa di Budi Utomo.Tapi tuduhan tersebut tidak membuat pemuda Kauman itu surut. Dengan ditemani isteri tercinta, Siti Walidah dan lima murid murid setianya : Sudja, Sangidu, Fahrudin, Hisyam dan Dirjo, Ahmad Dahlan membentuk organisasi Muhammadiyah dengan tujuan mendidik umat Islam agar berpikiran maju sesuai dengan perkembangan zaman.
 Tahun 1868 kauman merupakan kampong islami terbesar di Yogyakarta dengan masjid besar sebagai pusat kegiatan agama dipimpin seorang penghulu kamaludiningrat.saat itu islam terpengaruh ajaran syeh siti jenar yang meletakan raja sebagai perwujudan tuhan masyarakat meyakini titihan raja adalah sabda tuhan syariat islam bergeser kearah tahayul atau mistik.sementara itu kemiskinan dan kebodohan merajalela akibat politik tanam paksa pemerintah belanda.agama tidak bias mengatasi keadaan terlalu sibuk dengan takhayul yang bertentangan dengan al-quran dan sunnah rasul Muhammad saw.
  Film ini melakukan syuting di kota Yogyakarta, Ambarawa Semarang, Jakarta dan Bogor Sebenarnya hanya digunakan sebagai setting utama dalam film ini. Lebih tepat nya  ada di Yogyakarta dan lebih sempit lagi di Kauman, di sekitar keraton Yogya. Tempat ini dipilih untuk melakukan syuting karena menurutnya sudah sangat sulit menampilkan kembali suasana kota Yogyakarta khususnya Kauman di tahun 1800.
 Alur cerita berkisah tentang K.H. Ahmad Dahlan yang di dalamnya berisi tentang semangat anak muda, patriotisme anak muda dalam merepresentasikan pemikiran-pemikirannya. Muhammad Darwis (Ikhsan Idol) mengubah namanya menjadi Ahmad Dahlan setelah pulang dari Mekkah. Ahmad Dahlan kemudian diperankan oleh Lukman Sardi. Di usianya yang masih cukup muda (awal 20-an), Seorang pemuda usia 21 tahun yang gelisah atas pelaksanaan syariat Islam yang melenceng ke arah Bid’ah /sesat.
  Melalui Langgar / Surau nya Ahmad Dahlan (Lukman Sardi) mengawali pergerakan dengan mengubah arah kiblat yang salah di Masjid Besar Kauman yang mengakibatkan kemarahan seorang kyai penjaga tradisi, Kyai Penghulu Kamaludiningrat (Slamet Rahardjo) sehingga surau Ahmad Dahlan dirobohkan karena dianggap mengajarkan aliran sesat. Ahmad Dahlan juga di tuduh sebagai kyai Kafir hanya karena membuka sekolah yang menempatkan muridnya duduk di kursi seperti sekolah modern Belanda.
  Ahmad Dahlan juga dituduh sebagai kyai Kejawen hanya karena dekat dengan lingkungan cendekiawan Jawa di Budi Utomo. Tapi tuduhan tersebut tidak membuat pemuda Kauman itu surut. Dengan ditemani isteri tercinta, Siti Walidah (Zaskia Adya Mecca) dan lima murid murid setianya : Sudja (Giring Nidji), Sangidu (Ricky Perdana), Fahrudin (Mario Irwinsyah), Hisyam (Dennis Adishwara) dan Dirjo (Abdurrahman Arif), Ahmad Dahlan membentuk organisasi Muhammadiyah dengan tujuan mendidik umat Islam agar berpikiran maju sesuai dengan perkembangan zaman.
 2.2      Makna yang terkandung dalam film
a.       Jangan mudah menyerah
Seperti kita tahu bahwa perjuangan Ahmad Dahlan tidaklah mudah. Berkali-kali beliau dihina bahkan dicaci maki sebagai seorang Kiai kafir, tetapi itu tidak menyurutkan semangat beliau. Bahkan beliau terus berjuang hingga terbentuklah Muhammadiyah. Ini mengindikasikan bahwa kita sebagai generasi penerus bangsa tidaklah boleh pantang menyerah walaupun rintangan terus datang.
b.       Teruslah belajar
Seperti kita tahu dalam film dicerikan bahwa setelah mendapat gelar Kiai Ahmad Dahlan kembali ke mekah untuk menuntut ilmu. Adegan ini sebenarnya memberi pesan bahwa kita tidak boleh merasa puas dengan ilmu yang kita miliki sekarang. Bahkan, setelah pulang ke tanah air, beliau kembali belajar kepada Budi Utomo tentang keorganisasian dan belajar bagaimana menjadi guru yang baik. Ini menandakan bahwa ilmu merupakan sesuatu yang sangat berharga hingga kita harus terus mencarinya hingga ujung usia kita.
c.       Hilangkan fanatisme
Menurut saya setelah menelaah berbagai media masa, ada satu kesimpulan yang dapat saya ambil yaitu bahwa dalang dari perpecahan umat di indosesia khususnya adalah fanatisme. Mengapa demikian? karena orang yang memiliki fanatisme akan lebih arogan dan akan menganggap bahwa kelompok lain itu salah. Sehingga ketika diadakan dialog, seringkali tidak akan menyelesaikan masalah karena orang yang seperti kriteria diatas akan dikuasai egonya sehingga tidak akan mau menerima pendapat yang lain.
d.      Manfaatkanlah segala sesuatu yang mendatangkan manfaat
Seperti kita tahu bahwa orang pertama yang membuat madrasah Ibtidaiyah ala orang barat adalah Ahmad Dahlan. Hal ini menunjukan bahwa beliau orang mobile sehingga untuk mencapai tujuaanya beliau menggunakan hal-hal yang ada disekitarnya. Ini mempunyai pesan bahwa kita harus membuka diri kita dan menggunakan segala yang ada disekitar kita, asalkan hal tersebut tidak bertentangan dengan syariat agama. Tentunya sebelum kita bisa melakukannya, terlebih dahulu kita harus menghilangkan paham fanatisme golongan yang ada di dalam diri kita. Kerena satu-satunya hal yang dapat mencegah kita menggapai kemajuan adalah paham fanatisme itu sendiri.
2.3       Solusi
Sudah saatnya Asahan memiliki lebih banyak lagi tokoh puritan [pemurnian] seperti KH. Ahmad Dahlan, tidak hanya untuk pemurnian dan pencerahan sistem sosial serta praktik beragama, tetapi juga bagi  praktik berpemerintahan dan sistem sosial kemasyarakatan yang kita rasa menyimpang dan mapan di Asahan.  Kemapanan yang menyimpang harus didobrak, dilawan dan diubah, karena pada hakikatnya sebuah kemapanan adalah bentuk kemandegan yang bertentangan dengan sunatullah.
Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum jika mereka tidak berusaha mengubah sendiri nasibnya. Walaupun mungkin kita  hanyalah segelintir orang atau bahkan seorang diri  merindukan perubahan untuk Asahan lebih bersih dan lebih sejahtera,  jangan pernah berkecil hati, apalagi merasa terasing.  Fahrudin,  murid KH Ahmad Dahlan memberikan pesan yang luar biasa untuk melecut semangat kita;  “..sesungguhnya Islam hadir dalam keadaan terasing, dan akan kembali dalam keadaan terasing pula. Maka beruntunglah orang-orang yang terasing itu karena sesungguhnya merekalah yang merapikan segala sesuatu yang salah”
2.4       Aplikasi dalam kehidupan
Film sang Pencerah bagi saya memiliki makna penting bahwa seorang pemimpin itu harus tegar dalam menghadapi segala tantangan yang dihadapinya. Mampu bertahan dengan penuh kesabaran, dan memiliki semangat tinggi dalam melawan kemungkaran. Faktor keteladanan juga perlu dilakukan agar para pendidik mampu memberikan contoh yang baik kepada para peserta didiknya.  Mari kita memperbaiki cara mengajar kita dan menjadi seorang pendidik yang mampu menjadi sang pencerah bagi para peserta didiknya.
Setelah kita mengupas tuntas isi film, hal selanjutnya yang akan saya lakukan adalah memaparkan pesan yang terkandung dalam film tersebut. Mungkin, beberapa pesan telah saya paparkan dalam analisis isi, tetapi itu hanya sebagian dari pesan yang terkandung dalam film ini.
Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum jika mereka tidak berusaha mengubah sendiri nasibnya. Walaupun mungkin kita  hanyalah segelintir orang atau bahkan seorang diri  merindukan perubahan untuk Asahan lebih bersih dan lebih sejahtera,  jangan pernah berkecil hati, apalagi merasa terasing.  Fahrudin,  murid  KH Ahmad Dahlan memberikan pesan yang luar biasa untuk melecut semangat kita;  “..sesungguhnya Islam hadir dalam keadaan terasing, dan akan kembali dalam keadaan terasing pula. Maka beruntunglah orang-orang yang terasing itu karena sesungguhnya merekalah yang merapikan segala sesuatu yang salah”


BAB III
Penutup

1.1              Kesimpulan
Ahmad Dahlan adalah seseorang kyai dari kauman Yogyakarta yang berjuang untuk mendirikan Organisasi Muhammadiyah. Ahmad Dahlan membentuk organisasi Muhammadiyah dengan tujuan mendidik umat Islam agar berpikiran maju sesuai dengan perkembangan zaman, selama lima tahun menimba ilmu di Kota Mekah, KH. Ahmad Dahlan dianggap membangkang aturan yang sudah berjalan selama berabad - abad lampau. KH. Ahmad Dahlan mencoba melawan tradisi menyengsarakan umat dan merubahnya ke arah yang lebih baik, Meskipun untuk mendirikan gerakan muhammadiyah tidak semudah membalikan telapak tangan, tapi KH. Ahmad Dahlan terus berjuang meskipun banyak rintangan dan cobaan yang begitu besar.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar