BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Kegiatan
guru didalam kelas meliputi dua hal pokok, yaitu mengajar dan mengelola kelas.
Kegiatan mengajar dimaksudkan secara langsung menggiatkan siswa mencapai
tujuan-tujuan seperti menelaah kebutuhan-kebutuhan siswa, menyusun rencana
pelajaran, menyajikan bahan pelajaran kepada siswa, mengajukan pertanyaan
kepada siswa, menilai kemajuan siswa adalah contoh-contoh kegiatan mengajar.
Kegiatan mengelola kelas bermaksud menciptakan dan mempertahankan suasana
(kondisi) kelas agar kegiatan mengajar itu dapat berlangsung secara efektif dan
efisien, namun dalam pengelolaan kelas sering kali ditemukan masalah. Masalah
pokok yang sering dihadapi oleh guru, baik guru pemula maupun yang sudah
berpengalaman adalah masalah pengelolaan kelas / manajemen kelas. Dengan
demikian pengelolaan kelas yang efektif adalah syarat bagi pengajaran yang
efektif. Pengelolaan kelas/ manajemen kelas adalah suatu usaha yang dengan
sengaja dilakukan guna mencapai tujuan pengajaran. Kesimpulan sederhananya
adalah pengelolaan kelas merupakan kegiatan pengaturan kelas untuk kepentingan
pengajaran. Dalam konteks yang demikian itulah pengelolaan kelas
penting untuk diketahui oleh siapapun juga yang menerjunkan dirinya kedalam
dunia pendidikan.
Namun dalam pelaksanaanya masih
banyak permasalahan yang menghambat pelaksanaan manajemen kelas sehingga
manajemen kelas tidak bisa terlaksana dengan baik. Permasalahan ini meliputi
dua jenis , yaitu yang menyangkut pengajaran dan yang menyangkut pengelolaan
kelas.Guru-guru harus mampu membedakan kedua permasalahan itu dan menemukan
pemecahannya secara tepat. Karena sering terjadi guru-guru menangani masalah
yang bersifat pengajaran dengan pemecahan yang bersifat pengelolaan dan
sebaliknya sehingga penyelesaian masalahnya kurang tepat.
B.
Rumusan Masalah
1. Apa pengertian pengelolaan kelas ?
2. Apa saja permasalahan yang terjadi
dalam pengelolaan kelas ?
3. Bagaimana cara mengenali adanya masalah
?
4. Bagaimana cara penyelesaian
permasalahan dalam pengelolaan kelas ?
5. Bagaimana usaha yang bersifat
pencegahan ?
C.
Tujuan Pembahasan
1. Untuk mengetahui pengertian
pengelolaan kelas.
2. Untuk mengetahui permasalahan yang
terdapat dalam pengelolaan kelas.
3. Untuk mengetahui cara mengenali
adanya masalah.
4. Untuk mengetahui cara penyelesaian
permasalahan dalam pengelolaan kelas.
5. Untuk mengetahui usaha yang bersifat
pencegahan.
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Pengelolaan Kelas
Menurut
Hadari Nawawi (1989 : 115), pengelolaan kelas dapat diartikan sebagai kemampuan
guru atau wali kelas dalam mendayagunakan potensi kelas berupa pemberian
kesempatan yang seluas-luasnya pada setiap personal untuk melakukan kegiatan
kelas yang berkaitan dengan kurikulum dan perkembangan murid. Johanna Kasin Lemlech, dalam bukunya Drs. Cecep Wijaya
& Drs. A. Tabrani Rusyan mengatakan bahwa yang dimaksud dengan Pengelolaan Kelas adalah usaha dari pihak guru untuk menata
kehidupan kelas dimulai dari perencanaan kurikulumnya, penataan prosedur dan
sumber belajarnya, pengaturan lingkungannya untuk memaksimumkan efisiensi,
memantau kemajuan siswa, dan mengantisipasi masalah-masalah yang mungkin
timbul.
Dr. Suharsimi Arikunto berpendapat bahwa “Pengelolaan Kelas adalah suatu usaha yang dilakukan oleh
penanggung-jawab kegiatan belajar-mengajar atau yang membantu dengan maksud
agar dicapainya kondisi yang optimal, sehingga dapat terlaksana kegiatan
belajar seperti yang diharapkan.”
Maka dapat ditarik
kesimpulandari beberapa pendapat para ahli tersebut bahwa Pengelolaan Kelas merupakan upaya
mengelola siswa didalam kelas yang dilakukan untuk menciptakan dan
mempertahankan suasana/kondisi kelas yang menunjang program pengajaran dengan
jalan menciptakan dan mempertahankan motivasi siswa untuk selalu ikut terlibat
dan berperan serta dalam proses pendidikan di sekolah.
B.
Permasalahan
Yang Terjadi Dalam Pengelolaan Kelas
Dalam Kegiatan Belajar
Mengajar (KBM) ada banyak hal yang perlu diperhatikan agar tujuan dari pembelajaran
dapat terwujud. Pada saat mengajar seorang guru akan menghadapi beberapa
masalah dalam kelasnya.
Masalah yang terjadi dalam kegiatan
pembelajaran dapat dibagi menjadi dua, yaitu masalah pengajaran dan masalah
pengelolaan kelas.
Menurut M. Entang dan T.
Raka Joni (1983:12), masalah pengelolaan kelas dibagi
menjadi dua kategori masalah, yaitu masalah individual dan masalah kelompok.
Pengelolaan kelas yang dilakukan oleh guru akan tepat jika guru tersebut dapat
mengidentifikasi masalah dengan tepat dan dapat menentukan strategi
penanggulangan yang tepat pula. Masalah individu akan muncul karena tingkah laku manusia itu mengarah
pada pencapaian suatu tujuan. Setiap individu memiliki kebutuhan dasar untuk
memiliki dan untuk merasa dirinya berguna. Jika seorang individu gagal
mengembangkan rasa memiliki dan rasa dirinya berharga maka dia akan bertingkah
laku menyimpang dan akan berusaha mendapatkannya dengan
cara-cara yang tidak baik. Rodolf Dreikurs dan Cassel yang dikutip oleh M.
Entang dan T. Raka Joni mengelompokannya menjadi empat, yaitu:
1. Tingkah
laku yang ingin mendapatkan perhatian orang lain ( attention getting behaviors).
2. Tingkah
laku yang ingin menunjukkan kekuatan (power seeking behaviors).
3. Tingkah
laku yang bertujuan menyakiti orang lain (revenge seeking behaviors).
4. Peragaan
ketidakmampuan (passive behaviors).
Sedangkan masalah
kelompok, menurut Lois V. Jhonson dan Mary A. Bany mengemukakan tujuh kategori
masalah kelompok dalam pengelolaan kelas, yaitu:
1. Kurangnya
kekompakan : Kurangnya kekompakan kelompok ditandai dengan adanya
kekurang-cocokkan (konflik) diantara para anggota kelompok.Konflik antara
siswa-siswa dari kelompok yang berjenis kelamin atau bersuku berbeda termasuk
kedalam kategori kekurang-kompakan ini. Dapat dibayangkan bahwa kelas yang
siswa-siswa tidak kompak akan beriklim tidak sehat yang diwarnai oleh adanya
konflik, ketegangan dan kekerasan. Siswa-siswa di kelas seperti ini akan merasa
tidak senang dengan kelompok kelasnya sehingga mereka tidak merasa tertarik
dengan kelas yang mereka duduki itu. Para siswa tidak saling bantu membantu.
2. Kesulitan mengikuti
peraturan kelompok : Jika suasana kelas menunjukkan bahwa siswa-siswa
tidak mematuhi aturan-aturan kelas yang telah ditetapkan, maka masalah yang
kedua muncul, yaitu kekurang-mampuan mengikuti peraturan kelompok.Contoh-contoh
masalah ini ialah berisik; bertingkah laku mengganggu padahal pada waktu itu
semua siswa diminta tenang; berbicara keras-keras atau mengganggu kawan padahal
waktu itu semua siswa diminta tenang bekerja di tempat duduknya masing-masing;
dorong-mendorong atau menyela waktu antri di kafetaria dan lain-lain.
3. Reaksi
negatif terhadap sesama anggota kelompok : Reaksi negatif terhadap
anggota kelompok terjadi apabila ekspresi yang bersifat kasar yang dilontarkan
terhadap anggota kelompok yang tidak diterima oleh kelompok itu, anggota
kelompok yang menyimpang dari aturan kelompok atau anggota kelompok yang
menghambat kegiatan kelompok.Anggota kelompok dianggap “menyimpang” ini
kemudian “dipaksa” oleh kelompok itu untuk mengikuti kemauan kelompok.
4. Penerimaan
kelas (kelompok) atas tingkah laku yang menyimpang :Penerimaan kelompok
(kelas) atas tingkah laku yang menyimpang terjadi apabila kelompok itu
mendorong timbulnya dan mendukung anggota kelompok yang bertingkah laku
menyimpang dari norma-norma sosial pada umumnya. Contoh yang amat umum
ialah perbuatan memperolok-olokan, misalnya membuat gambar-gambar yang “lucu”
tentang guru.Jika hal ini terjadi maka masalah kelompok dan masalah perorangan
telah berkembang dan masalah kelompok kelihatannya lebih perlu mendapat
perhatian.
5. Kegiatan
anggota atau kelompok yang menyimpang dari ketentuan yang telah ditetapkan, masalah
kelompok anak timbul dari kelompok itu mudah terganggu dalam kelancaran
kegiatannya.Dalam hal ini kelompok itu mereaksi secara berlebihan terhadap
hal-hal yang sebenarnya tidak berarti atau bahkan memanfaatkan hal-hal kecil
untuk mengganggu kelancaran kegiatan kelompok itu.Contoh yang sering terjadi
ialah para siswa menolak untuk melakukan karena mereka beranggapan guru tidak
adil. Jika hal ini terjadi, maka suasana diwarnai oleh ketidaktentuan dan
kekhawatiran.
6. Kurangnya semangat,
tidak mau bekerja, dan tingkah laku agresif atau protes. Masalah kelompok
yang paling rumit ialah apabila kelompok itu melakukan protes dan tidak mau
melakukan kegiatan, baik hal itu dinyatakan secara terbuka maupun
terselubung.Permintaan penjelasan yang terus menerus tentang sesuatu tugas,
kehilangan pensil, lupa mengerjakan tugas rumah atau tugas itu tertinggal di
rumah, tidak dapat mengerjakan tugas karena gangguan keadaan tertentu, dan
lain-lain merupakan contoh-contoh protes atau keengganan bekerja.Pada umumnya
protes dan keengganan seperti itu disampaikan secara terselubung dan
penyampaian secara terbuka biasanya jarang terjadi.
7. Ketidakmampuan
menyesuaikan diri terhadap perubahan lingkungan.Ketidakmampuan menyesuaikan
diri terhadap lingkungan terjadi apabila kelompok (kelas) mereaksi secara tidak
wajar terhadap peraturan baru atau perubahan peraturan, pengertian keanggotaan
kelompok, perubahan peraturan, pengertian keanggotaan kelompok, perubahan
jadwal kegiatan, pergantian guru dan lain-lain.Apabila hal itu terjadi
sebenarnya para siswa (anggota kelompok) sedang mereaksi terhadap suatu
ketegangan tertentu; mereka menganggap perubahan yang terjadi itu sebagai
ancaman terhadap keutuhan kelompok.Contoh yang paling sering terjadi ialah
tingkah laku yang tidak sedap pada siswa terhadap guru pengganti, padahal
biasanya kelas itu adalah kelas yang baik.
C.
Cara
Mengenali Adanya Masalah
Ada empat teknik sederhana untuk mengenali adanya masalah-masalah
dalam pengelolaan kelas. Diantaranya yaitu :
1. Jika guru merasa terganggu (atau
bosan) dengan tingkah laku seorang siswa, hal itu merupakan tanda bahwa siswa
yang bersangkutan mungkin mengalami masalah mencari perhatian.
2. Jika guru merasa terancam (atau
merasa dikalahkan), hal itu merupakan tanda bahwa siswa yang bersangkutan
mungkin mengalami masalah mencari kekuasaan.
3. Jika guru merasa amat disakiti, hal
itu merupakan tanda bahwa siswa yang bersangkutan mungkin mengalami masalah
menuntut balas.
4. Jika guru merasa tidak mampu
menolong lagi, hal itu merupakan tanda bahwa siswa yang bersangkutan mungkin
mengalami masalah ketidakmampuan. Ditekankan, guru hendaknya benar-benar mampu
mengenali dan memahami secara tepat arah tingkah laku siswa-siswa yang dimaksud
(apakah tingkah laku siswa itu mengarah ke mencari perhatian, mencari
kekuasaan, menuntut balas, atau memperlihatkan ketidakcampuran) agar guru itu
mampu menangani masalah siswa secara tepat pula.
D.
Cara Penyelesaian Permasalahan Dalam
Pengelolaan Kelas
Untuk mengatasi masalah dalam pengelolaan kelas di atas, ada
beberapa pendekatan yang dapat dilakukan,diantaranya sebagai berikut:
1. Pendekatan Kekuasaan
Proses untuk mengontrol tingkah laku
anak didik. Peran guru disini
adalah menciptakan dan mempertahankan situasi disiplin dalam kelas. Didalamnya
ada kekuasaan dalam norma yang mengikat untuk ditaati anggota kelas. Melalui
kekuasaan dalam bentuk norma itulah guru mendekatinya.
2. Pendekatan ancaman
Proses untuk mengontrol tingkah laku
anak didik. Tetapi dalam mengontrol tingkah laku anak didik dilakukan
dengan cara memberikan ancaman. Misalnya:
melarang, ejekan, sindiran dan memaksa.
3. Pendekatan Kebebasan.
Suatu proses
untuk membatu anak didik agar merasa bebas untuk mengerjakan sesuatu kapan saja
dan dimana saja. Peran guru adalah mengusahakan semaksimal mungkin kebebasan anak didik.
4. Pendekatan Resep.
Dilakukan
dengan suatu daftar yang dapat menggambarkan apa yang harus dan apa
yang tidak boleh dikerjakan oleh guru dalam merealisasikan masalah atau situasi
yang terjadi dikelas. Dalam daftar itu digambarkan tahap demi tahap apa yang
harus dikerjakan oleh guru. Peran guru hanyalah mengikuti petunjuk seperti yang
tertulis dalam resep.
5. Pendekatan Pengajaran
Berdasarkan atas suatu anggapan bahwa dalam suatu
perencanaan dan pelaksanaan akan mencegah munculnya suatu masalah tingkah laku
anak didik, dan memecahkan masalah itu bila tidak bisa dicegah. Pendekatan ini
menganjurkan tingkah laku guru dalam mengajar untuk mencegah dam menghentikan
tingkah laku anak didik yang kurang baik. Peran guru adalah merencanakan dan
mengimplementasikan pelajaran yang baik.
6. Pendekatan Perubahan Tingkah
Laku.
Suatu
proses untuk mengubah tingkah laku anak didik. Peranan guru adalah
mengembangkan tingkah laku anak didik yang baik dan mencegah tingkah laku yang
kurang baik. Pendekatan berdasarkan perubahan tingkah laku ini, bertolak dari sudut pandang psikologi behavioral yang
mengemukakan asumsi sebagai berikut:
a. Semua tingkah laku yang baik dan yang kurang baik
merupakan hasil
proses belajar. Asumsi ini mengharuskan wali/guru kelas berusaha menyusun program kelas
dan suasana yang dapat merangsang terwujudnya proses belajar yang memungkinkan
siswa mewujudkan tingkah laku yang baik menurut ukuran norma yang berlaku
dilingkungan sekitarnya.
b. Didalam
proses belajar terdapat proses psikologis yang fundamental berupa penguasaaan
positif, hukuman, penghapusan dan penguatan negative. Asumsi ini mengharuskan
seorang wali/guru kelas melakukan usaha-usaha mengulang-ulangi program atau
kegiatan yang dinilai baik (perangsang) bagi terbentuknya tingkah laku terutama
di kalangan para siswa
7. Pendekatan Suasana Emosi dan
Hubungan Sosial
Berdasarkan
suasana perasaan dan suasana sosial didalam kelas sebagai sekelompok individu
cenderung pada psikologi klinis dan konseling (penyuluhan). Menurut pendekatan
ini pengelolaan kelas merupakan suatu proses menciptakan iklim atau suasana sosial dan hubungan sosial yang positif
dalam kelas. Disini guru adalah kunci terhadap pembentukan hubungan pribadi
itu, dan perannya adalah menciptakan hubungan pribadi yang sehat. Untuk itu
terdapat dua asumsi pokok, yaitu:
a.
Iklim sosial dan emosional yang baik
adalah dalam arti terdapat hubungan interpersonal yang harmonis antara guru
dengan guru, guru dengan siswa, dan siswa dengan siswa, merupakan kondisi yang
memungkinkan berlangsungnya proses belajar mengjar yang efektif.
b.
Iklim sosial dan emosional yang baik
tergantung pada guru dalam usahanya melaksanakan kegiatan belajar mengajar,
yang didasari dengan hubungan manusiawi yang efektif.
8. Pendekatan Proses Kelompok
Suatu proses untuk menciptakan kelas sebagai
sistem sosial, dimana proses kelompok merupakan yang paling utama. Peranan guru
adalah mengusakan agar perkembangan dan pelaksanaan proses kelompok itu
efektif. Proses kelompok adalah usaha guru mengelompokkan anak didik ke dalam
beberapa kelompok dengan berbagai pertimbangan individual sehingga teripta
kelas yang mengetengahkan dua asumsi sebagai berikut :
a. Pengalaman
belajar di sekolah bagi siswa berlangsung dalam konteks kelompok sosial. Asumsi ini mengharuskan wali/guru kelas dalam pengelolaan
kelas selalu mengutamakan kegiatan yang dapat mengikutsertakan seluruh personal
di kelas.
b. Tugas guru terutama adalah memelihara kelompok belajar
agar menjadi kelompok yang efektif dan produktif. Berdasarkan asumsi ini
berarti seorang wali/guru kelas harus mampu membentuk dan
mengaktifkan siswa bekerjasama dalam kelompok yang sudah terbentuk
di dalam kelas.
9. Pendekatan Eklektis atau
Puralistik
Pendekatan ini
menekankan pada potensialitas, kreativitas, dan inisiatif wali/guru kelas dalam
memilih berbagai pendekatan tersebut berdasarkan situasi yang dihadapinya.
Disebut juga pendekatan pluralistik, yaitu pengelolaan kelas yang berusaha
menggunakan berbagai macam pendekatan yang memiliki potensi untuk dapat
menciptakan dan mempertahankan suatu kondisi yang memungkinkan
proses belajar belajar berjalan efektif dan efsien.
E.
Usaha
Yang Bersifat Pencegahan.
Tindakan pencegahan
adalah tindakan yang dilakukan sebelum munculnya tingkah laku yang menyimpang
yang mengganggu kondisi optimal berlangsungnya pembelajaran. Keberhasilan dalam
tindakan pencegahan merupakan salah satu indikator keberhasilan manajemen kelas.
Konsekuensinya adalah guru dalam menentukan langkah-langkah dalam rangka
manajemen kelas harus merupakan langkah yang efektif dan efisien untuk jangka
pendek maupun jangka panjang. Adapaun langkah-langkah pencegahannya (maman
Rahman : 1998) sebagai berikut :
1. Peningkatan
Kesadaran Diri Sebagai Guru
Langkah peningkatan kesadaran diri
sebagai guru merupakan langkah yang strategis dan mendasar, karena dengan
dimilikinya kesadaran ini akan meningkatkan rasa tanggung jawab dan rasa
memiliki yang merupakan modal dasar bagi guru dalam melaksanakan tugasnya.
Implikasi adanya kesadaran diri sebagai guru akan tampak pada sikap guru yang
demokratis, sikap yang stabil, kepribadian yang harmonis dan berwibawa.
Penampakan sikap seperti itu akan menumbuhkan respon dan tanggapan positif dari
peserta didik.
2. Peningkatan
Kesadaran Peserta Didik
Interaksi positif antara guru dan
peserta didik dalam proses pembelajaran terjadi apabila dua kesadaran
(kesadaran guru dan peserta didik) bertemu. Kurangnya kesadaran peserta didik
akan menumbuhkan sikap suka marah, mudah tersinggung, yang pada gilirannya
memungkinkan peserta didik melakukan tindakan-tindakan yang kurang terpuji yang
dapat mengganggu kondisi optimal dalam rangka pembelajaran. Untuk meningkatkan
kesadaran peserta didik, maka kepada mereka perlu melaksanakan hal-hal berikut
: (a) memberitahukan akan hak dan kewajibannya sebagai peserta didik, (b)
memperhatikan kebutuhan, keinginan dan dorongan para peserta didik, (c)
menciptakan suasana saling pengertian, saling menghormatidan rasa keterbukaan
antara guru dan peserta didik.
3. Sikap
Polos Dan Tulus Dari Guru
Guru
hendaknya bersikap polos dan tulus terhadap peserta didik. Sikap ini mengandung
makna bahwa guru dalam segala tindakannnya tidak boleh berpura-pura bersikap dan
bertindak apa adanya. Sikap dan tindak laku seperti itu sangat membantu dalam
mengelola kelas. Guru dengan sikap dan kepribadiannya sangat mempengaruhi
lingkungan belajar, karena tingkah laku, cara menyikapi dan tindakan guru
merupakan stimulus yang akan direspon atau diberikan reaksi oleh peserta didik.
Kalau stimuli itu positif maka respon atau reaksinya juga positif. Sebaliknya
akalu stimuli itu negatif maka respon atau rekasi yang akan muncul adalah
negatif. Sikap hangat, terbuka, mau mendengarkan harapan atau keluhan para
siswa, akrab dengan guru akan membuka kemungkinan terjadinya interaksi dan
komunikasi wajar antara guru dan peserta didik.
4. Mengenal
Dan Mengenal Alternatif Pengelolaan
Untuk megenal dan menemukan alternatif
pengelolaan, langkah ini menuntut guru : (a) melakukan tindakan identifikasi
berbagai penyimpangan tingkah laku peserta didik yang sifatnya invidual maupun
kelompok. Penyimpangan perilaku peserta didik baik individual maupun kelompok
tersebut termasuk penyimpangan yang disengaja dilakukan peserta didik yang
hanya sekedar untuk menarik perhatian guru atau teman-temannya., (b) mengenal
berbagai pendekatan dalam manajemen kelas. Guru hendaknya berusaha menggunakan
pendekatan manajemen yang dianggap tepat untuk mengatasi suatu situasi atau
menggantinya dengan pendekatan yang dipilihnya, (c) mempelajari pengalaman
guru-guru lainnya yang gagal atau berhasil sehingga dirinya memiliki alternatif
yang bervariasi dalam menangani berbagai manajemen kelas.
5. Menciptakan
Kontrak Sosial
Penciptaan kontrak sosial pada dasarnya
berkaitan dengan “standar tingkah laku” yang diharapkan seraya memberi gambaran
tentang fasilitas beserta keterbatasannya dalam memenuhi kebutuhan peserta
didik. Pemenuhan kebutuhan tersebut sifatnya individual maupun kelompok dan
memenuhi tuntutan dan kebutuhan sekolah. Standar tingkah laku ini dibentuk
melalui kontrak sosial antara sekolah/guru dan peserta didik. Norma atau nilai
yang turunnya dari atas dan tidak dari bawah, jadi sepihak, maka akan terjadi
bahwa norma itu kurang dihormati dan ditaati. Oleh sebab itu, dalam rangka
mengelola kelas norma berupa kontrak sosial (tata tertib) dengan sangsinya yang
mengatur kehidupan di dalam kelas, perumusannya harus dibicarkan atau disetujui
oleh guru dan peserta didik. Kebiasaan yang terjadi dewasa ini bahwa
aturan-aturan sebagai standar tingkah laku berasal dari atas (sekolah/guru).
Para peserta didik dalam hal ini hanya menerima saja apa yang ada. Mereka tidak
memiliki pilihan lain untuk menolaknya. Konsekuensi terhadap kondisi demikia
memungkinkan timbulnya persoalan-persoalan dalam pengelolaan kelas karena para
peserta didik tidak merasa turut membuat serta memiliki peraturan sekolah yang
sudah ada tersebut.
BAB
III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Ada dua jenis masalah dalam
pengelolaan kelas, yaitu yang bersifat perorangan atau individual dan yang
bersifat kelompok. Penggolongan masalah individual ini didasarkan atas anggapan
dasar bahwa tingkah laku manusia itu mengarah pada pencapaian suatu
tujuan.Setiap individu memiliki kebutuhan dasar untuk memiliki dan untuk merasa
dirinya berguna.Sedangkan dalam masalah kelompok ada tujuh masalah dalam
kaitannya dengan pengelolaan kelas;(a)Kurangnya kekompakan, (b)Kesulitan
mengikuti peraturan kelompok, (c)Reaksi negatif terhadap sesama anggota
kelompok, (d)Penerimaan kelas (kelompok) atas tingkah laku yang menyimpang,
(e)Kegiatan anggota atau kelompok yang menyimpang dari ketentuan yang telah
ditetapkan, (f)Kurangnya semangat, tidak mau bekerja, dan tingkah laku agresif
atau protes, (g)Ketidakmampuan menyesuaikan diri terhadap perubahan lingkungan.
Untuk mengatasi masalah dalam pengelolaan kelas di atas, ada beberapa
pendekatan yang dapat dilakukan,diantaranya; Behavior – Modification Approach
(Behaviorism Apparoach), Socio-Emotional Climate Approach (Humanistic
Approach),Group Process Approach, pendekatan Otoriter, Pendekatan Permisif, dan
Pendekatan membiarkan dan memberi kebebasan.
B.
Saran
Dengan
banyaknya alternatif penyelesaian masalah, diharapkan agar menjadi solusi yang
tepat bagi guru dalam meningkatkan
kualitas pengajaran yang nantinya diterapkan dalam proses belajar mengajar sehingga hasilnya
dapat juga dinikmati oleh anak didiknya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar