BAB 1
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Pendidikan
dasar merupakan pondasi untuk pendidikan selanjutnya dan pendidikan nasional, maka dari itu pendidikan dasar
sangat berperan penting dalam pembentukan sumber daya manusia yang berkualitas.
Maka diperlukan peningkatan sumber daya manusia untuk
mencapai kemajuan bangsa. Salah satu upaya yang dapat dilakukan dalam peningkatan SDM adalah
dengan memberikan bimbingan atau bantuan kepada siswa dalam
menghadapi persoalan-persoalan yang dapat timbul dalam hidupnya. Bantuan
semacam itu sangat tepat jika diberikan di SD, demi perkembangan siswa ke arah yang
semaksimal mungkin. Guru sebagai salah satu pendukung unsur pelaksana pendidikan yang
mempunyai tanggung jawab sebagai pendukung pelaksana layanan bimbingan
pendidikan di sekolah, dituntut untuk memiliki wawasan yang memadai terhadap
konsep-konsep dasar bimbingan dan kebutuhan bimbingan di sekolah.
Kebutuhan akan
layanan bimbingan di sekolah dasar muncul dari karakteristik dan
masalah-masalah perkembangan murid. Perkembangan perilaku yang efektif dapat
dilihat dari tingkat pencapaian tugas-tugas perkembangan dalam setiap tahapan
perkembangan. Oleh karena itu, untuk memahami karakteristik murid SD sebagai
dasar untuk pengembangan program bimbingan di SD difokuskan kepada pencapaian
tugas-tugas perkembangannya. Mengkaji tugas-tugas perkembangan merupakan hal
yang penting dan menjadi dasar bagi pengembangan dan peningkatan mutu layanan
bimbingan.
Dalam bimbingan konseling
diperlukan syarat-syarat pokok untuk kelancaran pelaksanaan bimbingan dan
konseling itu sendiri di sekolah dasar. Dimana syarat-syarat tersebut tertuang
dalam sikap-sikap positif yang dimiliki guru. Oleh karena itu
bimbingan dan konseling harus dilaksanakan sesuai dengan kebutuhan bagi anak
sekolah dasar sehingga dapat membentuk kepribadian siswa yang berkualitas.
B.
Rumusan
Masalah
Adapun
rumusan masalah dalam makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Apa
yang dimaksud dengan bimbingan dan konseling?
2. Apa
sajakah kebutuhan bimbingan dan konseling?
3. Apa
sajakah syarat pokok bimbingan dan konseling?
C.
Tujuan
Adapun
tujuan penulisan makalah berdasarkan rumusan masalah diatas adalah sebagai
berikut:
1. Untuk
mengetahui pengertian bimbingan dan konseling.
2. Untuk
mengetahui kebutuhan bimbingan dan konseling.
3. Untuk
mengetahui syarat pokok bimbingan dan konseling.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Bimbingan dan Konseling
Istilah bimbingan dan konseling
merupakan istilah yang sering dipergunakan dalam kegiatan pendidikan, karena
bimbingan dan konseling merupakan bagian dari program pendidikan. Banyak ahli
telah merumuskan pengertian dari bimbingan dan konseling. Sebagaimana yang
diungkapkan oleh Frank Parson (1951) yang dikutif oleh Anas Salahudin
(2010:13) yang menyatakan bahwa bimbingan adalah bantuan yang diberikan kepada
individu untuk memilih, mempersiapkan diri, dan memangku suatu jabatan, serta
mendapatkan kemajuan dalam jabatan yang dipilihnya. Sementara itu menurut
Prayitno dan Erman Amti (2004:99) berdasarkan penelusuran Ifdil Dahlani yang
dikutif oleh Anas Salahudin (2010:14) yang menyatakan bahwa bimbingan adalah
proses pemberian bantuan yang dilakukan oleh orang yang ahli kepada seorang
atau beberapa orang individu, baik anak-anak, remaja maupun dewasa. Tujuannya
adalah orang yang dibimbing dapat mengembangkan kemampuan dirinya sendiri dan
mandiri dengan memanfaatkan kekuatan individu dan sarana yang ada dan dapat
dikembangkan berdasarkan norma-norma yang berlaku.
Adapun
konseling menurut Prayitno dan Erman Amti (2004:105) yang dikutif oleh Anas
Salahudin (2010:15) adalah proses pemberian bantuan yang dilakukan melalui
wawancara konseling oleh seorang ahli (disebut konselor) kepada individu yang
sedang mengalami suatu masalah yang dihadapi klien. Sementara itu, menurut
winkle (2005:34) yang dikutif oleh Anas
Salahudin (2010:15) yang menyatakan bahwa konseling sebagai serangkaian
kegiatan paling pokok dari bimbingan dalam usaha membantu konseli/klien secara
tatap muka dengan tujuan agar klien dapat mengambil tanggung jawab sendiri
terhadap berbagai persoalan atau masalah khusus.1
1 Salahudin
Anas, Bimbingan dan Konseling, (Bandung:CV.
Pustaka Setia, 2010),
hlm. 13-15.
Sebagaimana bimbingan, konseling
berupaya untuk memberikan bantuan kepada individu untuk menyelesaikan
permasalahan pribadi yang dihadapi. Dari pengertian-pengertian tersebut dapat
dikatakan bahwa bimbingan dan konseling di sekolah dasar merupakan bagian dari
program pendidikan yang berupa bantuan layanan dari seorang pembimbing atau
guru kepada siswa, agar siswa tersebut mampu mengembangkan kemampuan dirinya
untuk mencapai tujuan yang diharapkan.
Tujuan bimbingan dan konseling dalam
buku Bimbingan dan Konseling (Achmad Juntika, 2006:8)2 ialah agar individu dapat:
1. Merencanakan kegiatan penyelesaian
studi, perkembangan karir, serta kehidupannya pada masa yang akan dating
2. Mengembangkan seluruh potensi dan
kekuatan yang dimilikinya seoptimal mungkin
3. Menyesuaikan diri dengan lingkungan
pendidikan, lingkungan masyarakat, serta lingkungan kerjanya
4. Mengatasi hambatan serta kesulitan
yang dihadapi dalam studi, penyesuaian dengan lingkungan pendidikan,
masyarakat, ataupun lingkungan kerja
Tujuan bimbingan dan konseling disekolah secara
khusus, diuraikan oleh H.M.Umar, dkk., (1998:20-21) yang dikutif
oleh Anas Salahudin (2010:23) sebagai
berikut:3
1.
Membantu
siswa untuk mengembangkan pemahaman diri sesuai dengan kecakapan, minat,
pribadi, hasil belajar, serta kesempatan yang ada.
2.
Membantu
siswa untuk mengembangkan motif-motif dalam belajar, sehingga tercapai kemajuan
pengajaran yang berarti.
3.
Memberikan
dorongan didalam pengarahan diri, pemecahan masalah, pengambilan keputusan, dan
keterlibatan diri dalam proses pendidikan.
4.
Membantu siswa untuk memperoleh
kepuasan pribadi dalam penyesuaian diri secara maksimum terhadap masyarakat.
2
Nurihsan, Achmad Juntika, Bimbingan dan
Konseling, (Bandung:Refika Aditama, 2006), hlm.8
3
Salahudin Anas, Bimbingan dan Konseling, (Bandung:CV.
Pustaka Setia, 2010),
hlm.23
5.
Membantu siswa untuk hidup didalam
kehidupan yang seimbang dalam berbagai aspek fisik, mental, dan social.
Bimbingan dan konseling mempunyai
fungsi-fungsi, Uman Suherman (dalam Anas Salahudin: 2010:127-129) menyatakan bahwa secara umum
fungsi bimbingan dan konseling di SD adalah sebagai berikut:4
1. Fungsi Pemahaman, yaitu fungsi dalam
rangka membantu siswa agar memiliki pemahaman terhadap diri (potensi-potensi
baik kelebihan maupun kelemahan) dan lingkungannya (fisik, sosial, budaya dan
agama).
2. Fungsi Pencegahan/Preventif, yaitu
fungsi yang berkaitan dengan upaya pembimbing untuk senantiasa mengantisipasi
berbagai masalah yang mungkin terjadi dan berupaya untuk mencegah supaya
masalah itu tidak dialami siswa.
3. Fungsi Pengembangan, yaitu fungsi
bimbingan dan konseling yang sifatnya lebih proaktif dari fungsi-fungsi
lainnya. Konselor senantiasa berupaya untuk menciptakan lingkungan belajar yang
kondusif, yang memfasilitasi perkembangan konseli. Teknik bimbingan yang dapat
digunakan disini adalah pelayanan informasi, tutorial, diskusi kelompok atau
curah pendapat (brain storming), home room, dan karyawisata.
4. Fungsi Penyembuhan, yaitu fungsi
bimbingan dan konseling yang bersifat kuratif. Fungsi ini berkaitan erat dengan
upaya pemberian bantuan kepada konseli yang telah mengalami masalah, baik
menyangkut aspek pribadi, sosial, belajar, maupun karir.Teknik yang dapat
digunakan adalah konseling, dan remedial teaching.
5. Fungsi Penyaluran, yaitu fungsi
bimbingan dan konseling dalam membantu konseli memilih kegiatan
ekstrakurikuler, jurusan atau program studi, dan memantapkan penguasaan karir
atau jabatan yang sesuai dengan minat, bakat, keahlian dan ciri-ciri
kepribadian lainnya.
4
Salahudin Anas, Bimbingan dan Konseling, (Bandung:CV.
Pustaka Setia, 2010),
hlm.127-129
6. Fungsi Adaptasi, yaitu fungsi
membantu para pelaksana pendidikan, kepala Sekolah/Madrasah dan staf, konselor,
dan guru untuk menyesuaikan program pendidikan terhadap latar belakang
pendidikan, minat, kemampuan, dan kebutuhan konseli.
7. Fungsi Penyesuaian, yaitu fungsi
bimbingan dan konseling dalam membantu konseli agar dapat menyesuaikan diri
dengan diri dan lingkungannya secara dinamis dan konstruktif.
8. Fungsi Perbaikan, yaitu fungsi
bimbingan dan konseling untuk membantu konseli sehingga dapat memperbaiki
kekeliruan dalam berfikir, berperasaan dan bertindak (berkehendak). Konselor
melakukan intervensi (memberikan perlakuan) terhadap konseli supaya memiliki
pola berfikir yang sehat, rasional dan memiliki perasaan yang tepat sehingga
dapat mengantarkan mereka kepada tindakan atau kehendak yang produktif dan
normatif.
9. Fungsi Fasilitasi, memberikan
kemudahan kepada konseli dalam mencapai pertumbuhan dan perkembangan yang
optimal, serasi, selaras dan seimbang seluruh aspek dalam diri konseli.
10. Fungsi Pemeliharaan, yaitu fungsi
bimbingan dan konseling untuk membantu konseli supaya dapat menjaga diri dan
mempertahankan situasi kondusif yang telah tercipta dalam dirinya. Fungsi ini
memfasilitasi konseli agar terhindar dari kondisi-kondisi yang akan menyebabkan
penurunan produktivitas diri. Pelaksanaan fungsi ini diwujudkan melalui
program-program yang menarik, rekreatif dan fakultatif (pilihan) sesuai dengan
minat konseli.
11. Fungsi Advokasi, yaitu fungsi untuk
membantu peserta didik memperoleh pembelaan atas hak dan atau kepentingannya
yang kurang mendapat perhatian.
B.
Kebutuhan
Bimbingan dan Konseling di SD
Kebutuhan adalah salah satu
aspek psikologis
yang menggerakkan mahluk hidup dalam aktivitas-aktivitasnya dan menjadi dasar
(alasan) berusaha. Pada dasarnya, manusia bekerja mempunyai tujuan tertentu, yaitu
memenuhi kebutuhan. Kebutuhan tidak terlepas dari kehidupan sehari-hari.5
Berdasarkan
pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa kebutuhan bimbingan dan konseling
merupakan kebutuhan bimbingan layanan yang dibutuhkan oleh siswa yang harus
dipenuhi oleh guru/pembimbing sehingga siswa dapat mengembangkan kemampuannya
semaksimal mungkin sehingga dapat mencapai tujuan yang diharapkan.
Bimbingan
dan konseling sangat berperan penting bagi perkembangan siswa. Bimbingan dan konseling
dapat membantu dalam pemecahan masalah yang dialami oleh siswa baik permasalahan
yang berasal dari dalam dirinya sendiri maupun permasalahan yang berasal dari lingkungannya.
Beberapa permasalahan siswa SD
seperti perilaku siswa yang lebih suka sendirian, lemas, penakut, tidak
bahagia, tidak bersemangat, tidak
percaya diri, tidak memiliki seorang temanpun dan teman-teman kelasnya
tidak ada yang menyukainya. Permasalahan-permasalahan
tersebut dapat menghambat proses belajar mengajar bagi siswa itu sendiri sehingga
dapat memperlambat perkembangannya. Siswa dapat dibantu untuk mengatasi
masalah-masalah yang dihadapinya, baik masalah yang dihadapi sekarang maupun
masalah yang mungkin timbul pada masa yang akan datang. Dalam hal ini bimbingan
dan konseling sangat
berperan penting.
Secara umum, latar belakang perlunya
bimbingan berhubungan erat dengan pencapaian tujuan pendidikan nasional, yaitu
meningkatkan kualitas sumber daya manusia Indonesia yaitu manusia yang beriman
dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, berbudi pekerti luhur,
berkepribadian, berdisiplin, bekerja keras, tangguh, bertanggung jawab,
mandiri, cerdas dan terampil serta sehat jasmani dan rohani. Menurut Tim MKDK
IKIP Semarang (1990:5-9)6
ada lima hal yang melatarbelakangi perlunya
layanan bimbingan di sekolah yakni:
6 TIM MKDK IKIP Semarang, Bimbingan dan konseling, Depdikbud:IKIP Semarang, 1990, hlm 5-9
1.
Masalah
perkembangan individu/siswa, perkembangan pribadi menyangkut perkembangan
berbagai aspek, yang akan ditunjukkan dalam prilaku. Seorang individu, pertama
tumbuh dan berkembang di lingkungan keluarga. Perkembangan seorang individu
juga ditentukan oleh faktor keturunan dan lingkungan.
2.
Masalah
perbedaan individual, dalam perkembangannya individu mempunyai
perbedaan-perbedaan. Ada dua fakta yang menonjol yaitu semua manusia mempunyai
unsur-unsur kesamaan di dalam pola perkembangannya, dan di dalam pola yang
bersifat umum dari apa yang membentuk warisan manusia secara biologis dan
sosial, tiap-tiap inividu mempunyai kecenderungan berbeda. Perbedaan tersebut
mencakup perbedaan tingkat kognitif, perbedaan kecakapan bahasa, perbedaan
dalam kecakapan motorik, perbedaan dalam latar belakang, perbedaan dalam bakat,
dan perbedaan dalam kesiapan belajar.
3.
Masalah
kebutuhan individu, kebutuhan dapat dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu
kebutuhan primer dan kebutuhan sekunder. Kebutuhan primer pada hakikatnya
merupakan kebutuhan biologis atau organik dan umumnya merupakan kebutuhan yang
didorong oleh motif asli, misalnya: makan, minum dan bernapas. Kebutuhan
sekunder adalah kebutuhan yang pada umumnya didorong oleh motif yang
dipelajari, misalnya: mengejar pengetahuan, mengikuti pola hidup masyarakat,
hiburan, alat transportasi dan lain sebagainya.
4.
Masalah
penyesuaian diri dan kelainan tingkah laku, berkaitan dengan bagaimana
individu, dalam hal ini adalah siswa, berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya
terutama lingkungan sekolah. Hal ini berkaitan dengan cara belajar dan hasil
belajar yang akan didapatkan oleh siswa. Guru harus dapat membantu siswa yang
mengalami kesulitan dalam menyesuaikan diri terutama dalam lingkungan sekolah
dan lingkungan belajar agar hasil belajar siswa dapat diperbaiki dan
ditingkatkan.
5. Masalah belajar yang dihadapi siswa
dapat diakibatkan karena tingkat kesulitan belajar itu sendiri bagi siswa, ada
yang berat, ada yang sedang; bidang studi yang dipelajari, ada yang mengalami
kesulitan belajar di satu/beberapa bidang studi, ada pula yang mengalami
kesulitan di semua bidang studi; sifat kesulitan belajar, ada yang bersifat
permanen, ada yang bersifat hanya sementara; faktor penyebabnya, yaitu faktor
intelegensi dan faktor non-intelegensi. Guru harus mengetahui faktor-faktor
penyebab mengapa siswa mengalami masalah dalam belajarnya sehingga masalah yang
dihadapi siswa dapat teratasi dan hasil belajar yang didapatkan oleh siswa
dapat lebih baik. Selain latar belakang tersebut masih ada beberapa kebutuhan
bimbingan yang dibutuhkan di SD, yaitu bimbingan belajar, bimbingan
penyelesaian, bimbingan pekerjaan, bimbingan karier, bimbingan sosial dan
pribadi bimbingan jabatan.
Berdasarkan hal tersebut maka kebutuhan-kebutuhan bimbingan
dan konseling dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Membantu murid dalam mewujudkan tugas-tugas perkembangannya. Tugas perkembangan itu maksudnya
suatu tugas yang harus dilakukan oleh seseorang dalam kehidupannya. Sebagai
seorang guru kita harus memahami konsep perkembangan siswa SD agar dapat mencari
dan menyatakan tujuan tujuan pendidikan disekolah tetapi dapat melaksanakan
pendidikan sesuai dengan tingkat kematangan, kesiapan dan kebutuhan anak. Achmad Juntika
(2010:51-52)7 menyatakan ada
sejumlah tugas perkembangan yang harus dilaksanakan pada anak-anak tingkat
sekolah dasar(6-13), yaitu:
a.
Menanamkan serta mengembangkan kebisaan
dan sikap dalam bermain dan bertakwa kepada Tuhan YME
b.
Mengembangkan keterampialn dasar dalam
membaca, menulis, dan berhitung
c.
Mengembangkan konsep-konsep yang perlu
dalam kehidupan sehari-hari
d.
Belajar bergaul dan bekerja dengan
kelompok sebaya
7 Nurihsan,
Achmad Juntika, Bimbingan dan Konseling, (Bandung:PT. refika Aditama, 2006), hlm.51-52.
e.
Belajar menjadi pribadi yang mandiri
f.
Mempelajari keterampilan fisik
sederhana yang diperlukan, baik untuk permainan maupun kehidupan
g.
Mengembangkan kata hati, moral, dan
nilai-nilai sebagai pedoman perilaku
h.
Membina hidup sehat untuk diri sendiri
dan lingkungan
i.
Belajar menjalankan peranan sosial
sesuai dengan jenis kelaminnya
j.
Mengembangkan sikap terhadap kelompok
dan lembaga-lembaga sosial
k.
Mengembangkan pemahaman dan sikap awal
untuk perencanaan masa depan
2. Membantu memenuhi kebutuhan-kebutuhan
dasar siswa. Sebagaimana
manusia umumnya, maka siswa memiliki kebutuhan-kebutuhan dasar tertentu. Maslow
(Ngalim Porwanto, 1990:77)8 mengemukakan ada
lima kebutuhan dasar manusia,
yaitu:
a. Kebutuhan
fisiologis yaitu kebutuhan dasar yang bersifat primer dan vital, yang
menyangkut fungsi-fungsi biologis dasar dari organisme manusia separti
kebutuhan makanan, pakaian dan perumahan.
b. Kebutuhan rasa
aman kebutuhan untuk terbebas dari rasa takut, terlindung dari bahaya, ancaman
penyakit dan perlakuan tidak adil.
c. Kebutuhan kasih
sayang yaitu ebutuhan untuk merasa dicintai dan di miliki serta di sayangi oleh
orang lain.
d. Kebutuhan
panghargaan yaitu kebutuhan akan penghargaan atas prestasi, kemampuan,
kedudukan, pangkat dan sebagainya.
e. Kebutuhan
aktualiasasi diri yaitu kebutuhan untuk menyampaikan atau menunjukan kemampuan diri
secara maksimum dan kreatif.
Bagi siswa SD, terpenuhinya
kebutuhan-kebutuhan itu
akan memungkinkan dapat mencapai perkembangan secara optimal.
http://diganovensa.wordpress.com/2014/09/12
Tugas bimbingan dan konseling yang terpenting dalam hal
ini adalah membantu agar anak didik dapat memperoleh kemudahan dalam memenuhi
kebutuhan-kebutuhan itu. Kebutuhan
akan layanan bimbingan di sekolah dasar bertolak dari kebutuhan dan masalah
perkembangan siswa, temuan lapangan (Sunnaryo Kartadinata, 1992; Sutaryat
Trisnamansyah dkk, 1992)9 menunjukkan bahwa masalah-masalah perkembangan
siswa sekolah dasar menyangkut aspek perkembangan fisik, kognitif, pribadi dan
sosial. Masalah-masalah perkembangan ini memunculkan kebutuhan akan layanan
bimbingan di sekolah dasar yang memunculkan populasi khusus yang menjadi target
layanan bimbingan, anatara lain mencakup:
a. Siswa dengan kecerdasan dan
kemampuan diri
b. Siswa yang mengalami kesulitan
belajar
c. Siswa dengan perilaku bermasalah
3. Mengatasi pengaruh kondisi rumah
tangga yang kurang menguntungkan. Anak-anak yang memasuki sekolah dasar berasal
dari berbagai latar belakang rumah tangga. Melalui bimbingan dan konseling yang
diselenggarakan disekolah siswa tidak terpengaruh oleh kondisi rumah tangga
yang kurang menguntungkan tersebut sehingga tidak menghambat perkembangan
siswa. Beberapa kondisi rumah tangga yang tidak menguntungkan akan diuraikan
sebagai berikut:
a. Keadaan ekonomi yang serba
berkecukupan dan serba berkekurangan
b. Pengaruh penolakan orang tua
terhadap anak
c. Pengaruh perlindungan dan sikap
pilih kasih yang berlebihan
d. Pengaruh keretakan rumah tangga
(broken home)
4. Mengatasi pengaruh kondisi sekolah
yang tidak sehat. Sekolah tidak selalu menjadi tempat yang menyenangkan bagi
setiap siswa. Ada kalanya sekolah menjadi sumber masalah pada diri siswa.
9 Kartadinata, Sunaryo. dkk, Bimbingan di Sekolah Dasar, (Bandung: CV
Maulana,1992)
Di
antara kondisi-kondisi sekolah yang dapat menjadi sumber masalah pada diri
siswa adalah:
a. Kurikulum yang tidak sesuai,
b. Persaingan yang tidak sehat sesama
murid,
c. Guru kurang memahami
perbedaan-perbedaan individu murid,
d. Pelaksanaan administrasi sekolah
yang tidak teratur, dan
e. Kepribadian guu serta cara-cara
pengelolaan kelas yang kurang mantap.
5. Mengatasi pengaruh kondisi
sosial-budaya yang kurang menguntungkan. Kemajuan-kemajuan yang di capai dalam
bidang ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni dewasa ini telah membuat orang
memperoleh banyak kemudahan di jagad raya ini. kemajuan dalam bidang di
kemukakan di atas menimbulkan berbagai perubahan dalam berbagai segi kehidupan
dalam masyarakat, seperti sosial, politik, ekonomi, dan budaya. Perubahan-perubahan
yang di timbulakan itu tidak hanya menguntungkan tetpi juga merugikan
masyarakat, yaitu beberapa pengaruh-pengaruh buruk sebagai ekses dari
pembangunan itu sendiri. Dari pengaruh-pengaruh buruk yang dapat timbul lagi
anak-anak muda tidak sekolah dasar adalah malas belajar, tidak mau menggunakan
pikiran secara cermat. Sekolah tidak dapat melepaskan diri dari kondisi
kehidupan masyarakat.Bahkan mempunyai tanggung jawab untuk membantu
siswa-siswanya, baik sebagai pribadi maupun sebagai calon anggota
masyarakat.Sebagai lembaga pendidikan formal, sekolah bertanggung jawab
mendidik dan mengajar siswa agar dapat menjadi warga masyarakat yang baik dan
mampu mengatasi masalah-masalah yang dihadapinya.Kegiatan belajar mengajar
merupakan salah satu upaya yang diberikan oleh guru sekolah. Namun demikian,
kegiatan itu saja belum memadai untuk dapat menyiapkan siswa menjadi warga
masyarakat yang baik mampu mengatasi masalah-masalah yang dihadapinya. Disamping
kegiatan belajar-mengajar, guru hendaknya juga memberikan bantuan kepada
individu-individu murid yang mengalami kesulitan-kesulitan pribadi agar mereka
mampu mengatasai masaalah yang di hadapinya. Didalam hal ini, diperlukan adanya
layanan khusus yang disebut binbingan dan konseling.Program bimbingan dan
konseling membantu berhasilnya pengajaran secara keseluruhan.
C.
Syarat
Pokok Bimbingan dan Konseling di SD
Syarat pokok bimbingan
konseling merupakan sesuatu yang harus ada dan dipenuhi dalam pelaksanaan
bimbingan dan konseling. Di
sekolah dasar tugas-tugas dan fungsi bimbingan dan konseling dilaksanakan
langsung oleh masing-masing guru kelas. Dengan demikian, para guru kelas
memegang peranan ganda, sebagai pengajar dan juga sebagai pembimbing bagi
murid-muridnya. Sebagai pengajar, guru menyampaikan sejumlah pengetahuan,
keterampilan, dan nilai-nilai (norma-norma) kepada murid-muridnya sebagaimana
diatur di dalam kurikulum sekolah. Di samping itu, apabila dia menemui adanya
murid-murid yang mengalami masalah, maka dia bertindak sebagai
pembimbing/konselor dengan melaksanakan tugas dan fungsi bimbingan dan
konseling bagi siswa-siswanya.
Bimbingan dan konseling sangat
penting dan menentukan masa depan peserta didik, oleh karena itu ada sejumlah
syarat yang harus dipenuhi dalam penyelenggaraan bimbingan. Sebagaimana dalam
buku bimbingan dan konseling (Anas Salahudin, 2010:136)10 secara umum syarat bimbingan dan konseling dapat
diuraikan sebagai berikut:
1. Tersedianya guru pembimbing yang
bertanggung jawab atas penyelenggaraan kegiatan bimbingan dan konseling.
2. Tersedianya ruangan khusus bagi
penyelenggaraan bimbingan dan konseling.
3. Kegiatan bimbingan dan konseling
menjadi bagian dalam kurikulum penyelenggaraan pendidikan disekolah yang
bersangkutan.
4. Dan sejumlah syarat lainnya guna
memenuhi fungsi-fungsi tersebut
10 Salahudin Anas, Bimbingan dan Konseling, (Bandung:CV.
Pustaka Setia, 2010),
hlm.136
Syarat-syarat
pokok diperlukan untuk kelancaran pelaksanaan bimbingan dan konseling di
sekolah dasar. Dimana syarat-syarat tersebut tertuang dalam sikap-sikap positif
yang dimiliki guru.
Dalam hal ini ialah sifat yang positif dari guru dalam menangani tugas dan
tanggungjawabnya sehari-hari. Sikap positif yang dimaksud antara lain sebagai
berikut11 :
1. Adanya kesediaan guru untuk berperan
ganda yaitu sebagai guru dan sebagai pembimbing.
2. Adanya kesediaan guru untuk
senantiasa menciptakan suasana belajar-mengajar yang kondusif guna memungkinkan
siswa dapat mengembangkan bakat, kemampuan, dan minatnya secara optimal, dengan
jalan menempatkan siswa sesuai dengan tugas-tugas perkembangannya.
3. Adanya kesediaan guru untuk selalu
memahami siswa dengan jalan mencatat fakta-fakta yang berkaitan dengan minat,
sikap, pola tingkah laku, cita-cita, nilai-nilai dan status sosial ekonomi
orangtuanya.
4. Adanya kesediaan guru untuk
senantiasa mengintegrasikan informasi tentang pendidikan dan jabatan ke dalam
mata pelajaran yang sekolah dalam melaksanakan kebijakan-kebijakan yang
mendasar bagi pengembangan layanan-layanan bimbingan dan konseling di
sekolahnya.
5. Adanya kesediaan guru kelas
mencurahkan perhatian terhadap peserta didik tertentu secara individual di
samping perhatian terhadap kelompok peserta didik.
6. Adanya pengaturan jarak psikologis
antara guru kelas dengan peserta didik, tidak terlalu jauh atau renggang dan
tidak terlalu dekat atau akrab.
7.
Adanya
kesediaan guru kelas untuk mengadakan kunjungan rumah (home-visit) dalam rangka
layanan-layanan bimbingan dan mempererat hubungan guru dengan orangtua peserta
didik bagi kepentingan bimbingan.
http://diganovensa.wordpress.com/2014/09/12
Prof. Sofyan S. Willis (2009:79-85) dalam buku Bimbingan dan
Konseling (Anas Salahudin, 2010:193) memaparkan bahwa kualitas konselor adalah
semua kriteria keunggulan, termasuk pribadi, pengetahuan, wawasan,
keterampilan, dan nilai-nilai yang dimilikinya yang akan memudahkannya dalam
menjalankan proses konseling sehingga mencapai tujuan dengan berhasil (efektif).
Menne (1975) dalam buku Bimbingan dan Konseling (Anas Salahudin,2010:194) menyatakan
karakteristik konselor yang didapat dari hasil penelitiannya yang menunjang
kualitas pribadi konselor, yaitu:12
1. Memahami dan melaksanakan etika professional
2. Mempunyai rasa kesadaran diri
mengenai kompetensi, nilai-nilai, dan sikap
3. Memiliki karakteristik diri yakni
respect terhadap orang lain, kematangan pribadi, memiliki kemampuan intuitif,
fleksibel dalam pandangan dan emosional stabil
4. Kemampuan dan kesabaran untuk
mendengarkan orang lain, dan kemampuan berkomunikasi.
Dalam buku bimbingan dan konseling (Anas Salahudin,
2010:198-199)13
dijelaskan agar pembimbing mampu menjalankan pekerjaannya dengan sebaik-baiknya
harus memenuhi syarat-syarat berikut:
1. Seorang
pembimbing harus mempunyai pengetahuan yang cukup luas, baik segi teori maupun
segi praktik.
2. Dalam
segi psikologik, seorang pembimbing dapat mengambil tindakan yang bijaksana.
3. Seorang
pembimbing harus sehat fisik maupun psikisnya.
4. Seorang
pembimbing harus mempunyai sikap kecintaan terhadap pekerjaannya dan juga
terhadap anak atau individu yang dihadapinya.
5. Seorang pembimbing
harus mempunyai inisiatif yang cukup baik, sehingga dapat memperoleh kemajuan
di dalam usaha bimbingan dan konseling kea rah yang lebih sempurna.
12 Salahudin Anas, Bimbingan dan Konseling, (Bandung:CV.
Pustaka Setia, 2010),
hlm.193-194
13 Salahudin Anas, Bimbingan dan Konseling, (Bandung:CV.
Pustaka Setia, 2010),
hlm.198-199
6. Karena
bidang gerak dari pembimbing tidak hanya terbatas pada sekolah saja, seorang
pembimbing harus bersifat supel, ramah-tamah, sopan-santun didalam segala
perbuatannya, sehingga dia akan mendapatkan kawan yang sanggup bekerja sama dan
memberikan bantuan secukupnya untuk kepentingan anak-anak.
7. Seorang
pembimbing diharapkan mempunyai sifat-sifat yang dapat menjalani
prinsip-prinsip serta kode etik dalam bimbingan dan penyuluhan dengan
sebaik-baiknya.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Bimbingan dan konseling di sekolah
dasar merupakan bagian dari program pendidikan yang berupa bantuan layanan dari
seorang pembimbing atau guru kepada siswa, agar siswa tersebut mampu
mengembangkan kemampuan dirinya untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Bimbingan dan konseling mempunyai
fungsi-fungsi, secara umum fungsi bimbingan dan konseling di SD adalah fungsi
pemahaman, pencegahan, pengembangan, penyembuhan, penyaluran, adaptasi,
penyesuaian, perbaikan, fasilitasi, pemeliharaan, dan advokasi.
Kebutuhan bimbingan dan konseling
merupakan kebutuhan bimbingan layanan yang dibutuhkan oleh siswa yang harus
dipenuhi oleh guru/pembimbing sehingga siswa dapat mengembangkan kemampuannya
semaksimal mungkin sehingga dapat mencapai tujuan yang diharapkan. Kebutuhan
bimbingan dan konseling yaitu membantu murid dalam mewujudkan tugas-tugas perkembangannya,
membantu memenuhi kebutuhan-kebutuhan
dasar siswa, mengatasi pengaruh kondisi rumah
tangga yang kurang menguntungkan, mengatasi pengaruh kondisi sekolah yang tidak sehat, dan mengatasi pengaruh kondisi
sosial-budaya yang kurang menguntungkan.
Syarat pokok bimbingan
konseling merupakan sesuatu yang harus ada dan dipenuhi dalam pelaksanaan
bimbingan dan konseling. Di
sekolah dasar tugas-tugas dan fungsi bimbingan dan konseling dilaksanakan
langsung oleh masing-masing guru kelas. Dengan demikian, para guru kelas
memegang peranan ganda, sebagai pengajar dan juga sebagai pembimbing bagi
murid-muridnya. Bimbingan
pada sekolah dasar pada hakekatnya adalah proses membantu perkembangan
intelektual anak sehingga ia dapat mencapai kemajuan belajar optimal, khususnya
dalam kelas, dan mengadakan penyesuaian-penyesuaian maksimal dalam kehidupan
sekolah sebagai dasar untuk kelanjutan studi ataupun terjun dalam kehidupan
masyarakat.
B.
Saran
Bimbingan dan konseling sangat
penting dan menentukan masa depan peserta didik, oleh karena itu bimbingan dan
konseling harus dilaksanakan sebaik mungkin agar dapat mencapai tujuan yang di
inginkan. Guru sebagai pendukung pelaksana layanan
bimbingan pendidikan di sekolah, sebaiknya memiliki wawasan yang luas dan
memadai terhadap konsep-konsep dasar bimbingan serta kebutuhan bimbingan di
sekolah.
DAFTAR PUSTAKA
Kartadinata,
Sunaryo. dkk. 1992. Bimbingan di Sekolah
Dasar. Bandung: CV Maulana
Nurihsan, Achmad Juntika. 2006. Bimbingan dan Konseling. Bandung:Refika
Aditama
Salahudin Anas. 2010. Bimbingan dan
Konseling. Bandung : CV. Pustaka
Setia.
TIM
MKDK IKIP Semarang. 1990. Bimbingan dan
konseling. Depdikbud:IKIP Semarang,
Tidak ada komentar:
Posting Komentar