Senin, 28 Desember 2015

makalah kewirausahaan



BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar belakang
Pengangguran di Indonesia yang semakin meningkat per hari demi harinya, kesempatan dan lowongan kerja yang minim, serta pendidikan yang rendah menjadi pemicu setiap orang untuk mendirikan suatu usaha kecil dan menengah. Berwirausaha kini menjadi trend di kalangan masyarakat Indonesia. Dengan hanya bermodalkan skill dan kemampuan dalam mengelolanya mereka bisa mendapatkan profit yang cukup menjanjikan. Salah satu usaha pemerintah untuk mengurangi angka pengangguran ialah menciptakan lapangan kerja yang bersifat padat karya. Namun kalangan orang yang berpendidikan cenderung tidak tertarik dengan pekerjaan ini (berwirausaha), minat mereka bekerja di kantoran lebih tinggi. Semakin tinggi pendidikan mereka semakin besar keinginan mereka untuk menduduki kursi kantoran dengan jabatan yang tinggi. Mereka tidak berani mengambil risisko besar seperti berwirausaha. Dalam hal ini berarti mereka bekerja dengan orang lain hanya mengandalkan upah atau gaji.
Namun, apa pendapat mereka para wirausahawan sukses yang menembus pasar nasional dan internasional. Mereka bekerja meniti kariernya sendiri dengan hasil yang menjanjikan dan hanya bermodalkan skill dan kemampuan. Berani mengambil risiko dalam dunia persaingan pasar. Bahkan mereka menggaji bukan memberi gaji jika dibandingkan dengan mereka yang bekerja di perusahaan milik orang lain. Semua alasan itulah yang mendorong seseorang untuk melakukan terobosan baru dengan memilih berwirausaha. Namun pada prakteknya tidaklah mudah untuk memulai suatu usaha. Rasa takut akan kegagalan dan kerugian pastinya selalu menghantui para wirausahawan ketika akan memulai usahanya.  Niat dan keberanian dalam mengambil risiko adalah modal utama dalam membuka usaha baru. Namun keberanian tanpa disertai dengan kemampuan berwirausaha seringkali menjerumuskan kedalam situasi kegagalan yang berkepanjangan.

B.     Rumusan masalah
1.      Apa yang dimaksud dengan kewirausahaan?
2.      Apa yang dimaksud dengan hakikat kewirausahaan?
3.      Apa yang dimaksud dengan karakteristik seorang wirausaha?
4.      Apa yang dimaksud dengan berwirausaha dalam pandangan islam?
5.      Apa yang dimaksud dengan etika berwirausaha dalam islam?
6.      Apa  yang dimaksud dengan jiwa kewirausahaan dalam diri nabi Muhammad?
7.      Apa yang dimaksud dengan masa kecil membentuk jiwa wirausaha?
8.      Apa yang dimaksud dengan teladan rasullah sebagai interpreneur?
9.      Apa yang dimaksud dengan menumbuhkan jiwa interpreneur anak remaja?
10.  Apa yang dimaksud dengan sikap mental wirausaha?
11.  Apa yang dimaksud dengan prinsip interpreneur unggulan?
12.  Apa yang dimaksud dengan pentingnya sikap pantang menyerah dalam berwirausaha?
13.  Apa yang dimaksud dengan kreativitas dalam berwirausaha?
14.  Apa yang dimaksud dengan pentingnya profesionalisme dalam berwirausaha?

C.    Tujuan penulis
1.      Untuk mengetahui pengertian kewirausahaan
2.      Untuk mengetahui hakikat kewirausahaan
3.      Untuk mengetahui karakteristik seorang wirausaha
4.      Untuk mengetahui berwirausaha dalam pandangan islam
5.      Untuk mengetahui etika berwirausaha dalam islam
6.      Untuk mengetahui jiwa kewirausahaan dalam diri nabi Muhammad saw
7.      Untuk mengetahui masa kecil membentuk jiwa wirausaha
8.      Untuk mengetahui teladan rasullah sebagai interpreneur
9.      Untuk mengetahui menumbuhkan jiwa interpreneur anak dan remaja
10.  Untuk mengetahui sikap mental wirausaha
11.  Untuk mengetahui prinsip interpreneur unggulan
12.  Untuk mengetahui pentingnya sikap pantang menyerah dalam berwirausaha
13.  Untuk mengetahui kreativitas dalam berwirausaha
14.  Untuk mengetahui pentingnya profesionalisme dalam berwirausaha




BAB II
PEMBAHASAN


A.    Pengertian Kewirausahaan
Menurut Steinhoff dan John F. Burgess (1993:35) wirausaha adalah orang  yang mengorganisir, mengelola dan berani menanggung resiko untuk    menciptakan usaha baru dan peluang berusaha. Secara esensi pengertian  entrepreneurship adalah suatu sikap mental, pandangan, wawasan serta pola pikir dan pola tindak seseorang terhadap tugas-tugas yang menjadi tanggungjawabnya dan selalu berorientasi kepada pelanggan. Atau dapat juga diartikan sebagai semua tindakan dari seseorang yang mampu memberi nilai terhadap tugas dan tanggungjawabnya.
Adapun kewirausahaan merupakan sikap mental dan sifat jiwa yang selalu aktif dalam berusaha untuk memajukan karya baktinya dalam rangka upaya meningkatkan pendapatan di dalam kegiatan usahanya. Selain itu kewirausahan adalah kemampuan kreatif dan inovatif yang dijadikan dasar, kiat, dan sumber daya untuk mencari peluang menuju sukses.
Inti dari kewirausahaan adalah kemampuan untuk menciptakan seuatu yang baru dan berbeda (create new and different) melaui berpikir kreatif dan bertindak inovatif untuk menciptakan peluang dalam menghadapi tantangan hidup.

B.     Hakikat Kewirausahaan
Ada 6 hakekat penting kewirausahaan sebagai berikut ( Suryana,2003 : 13), yaitu :
1.      Kewirausahaan adalah suatu nilai yang diwujudkan dalam perilaku yang dijadikan dasar sumber daya, tenaga penggerak, tujuan, siasat, kiat, proses, dan hasil bisnis (Acmad Sanusi, 1994).
2.      Kewirausahaan adalah suatu kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda (ability to create the new and different) (Drucker, 1959).
3.       Kewirausahaan adalah suatu proses penerapan kreativitas dan inovasi dalam memecahkan persoalan dan menemukan peluang untuk memperbaiki kehidupan (Zimmerer. 1996).
4.      Kewirausahaan adalah suatu nilai yang diperlukan untuk memulai suatu usaha (start-up phase) dan perkembangan usaha (venture growth) (Soeharto Prawiro, 1997).
5.      Kewirausahaan adalah suatu proses dalam mengerjakan sesuatu yang baru (creative), dan sesuatu yang berbeda (inovative) yang bermanfaat memberi nilai lebih.
6.      Kewirausahaan adalah usaha menciptakan nilai tambah dengan jalan mengkombinasikan sumber-sumber melaui cara-cara baru dan berbeda untuk memenangkan persaingan. Nilai tambah tersebut dapat diciptakan dengan cara mengembangkan teknologi baru, menemukan pengetahuan baru, menemukan cara baru untuk menghasilkan barang dan jasa yang baru yang lebih efisien, memperbaiki produk dan jasa yang sudah ada, dan menemukan.
Berdasarkan keenam konsep diatas, secara ringkas kewirausahaan dapat didefinisikan sebagai sesuatu kemampuan kreatif dan inovatif (create new and different) yang dijadikan kiat, dasar, sumber daya, proses dan perjuangan untuk menciptakan nilai tambah barang dan jasa yang dilakukan dengan keberanian untuk menghadapi risiko.

C.    Karakteristik Seorang Wirausaha
Berikut ini adalah beberapa ciri-ciri atau karakteristik seorang wirausaha yang jarang dimiliki oleh masyarakat Indonesia.
1.      Memiliki Rasa Percaya Diri
Entah karena takut salah atau karena hal lain, masyarakat Indonesia masa kini menjadi tidak memiliki kepercayaan diri. Hal tersebut terbukti saat mereka duduk dibangku pendidikan. Saat ditanya oleh guru atau dosen, jarang diantara mereka yang berinisiatif untuk mengangkat tangan dan menjawab pertanyaan sang guru. Bahkan beberapa diantara mereka lebih memilih ditunjuk daripada mengangkat tangan mereka.
2.      Berorientasi pada Tugas dan Hasil
Maksudnya adalah seorang wirausaha harus mempunyai sikap tanggung jawab pada tugas-tugas yang dibebankan kepadanya. Ia juga harus bertanggung jawab pada hasil dari tugas yang dibebankannya. Dan sayangnya, masyarakat Indonesia sangat sedikit yang memiliki sikap ini. Sebagian dari mereka menganggap enteng tugas-tugas yang dibebankan padanya.
3.      Berani Mengambil Resiko
Sebagai wirausaha yang baru, seseorang haruslah berani mengambil resiko dan  menghadapi resiko apapun terhadap langkah yang telah diambilnya.  Seseorang pernah berkata bahwa kita tidak akan pernah memulai sesuatu jika belum pernah mengalami kegagalan.
4.      Memiliki Jiwa Kepemimpinan
Kepemimpinan sangat dibutuhkan oleh seorang wirausaha untuk memimpin anak-anak buahnya atau pegawainya. Seseorang tidak akan bisa menjadi seorang wirausaha bila ia tidak bisa memimpin, baik memimpin diri sendiri maupun memimpin orang lain.
5.      Keorisinilan
Keorisinilan atau keaslian maksudnya bahwa orang yang ingin menjadi wirausaha mempunyai ide-ide kreatif yang asli dan murni dari dirinya, bukan dari orang lain atau hasil dari plagiarism. Namun sayangnya, kebanyakan masyarakat Indonesia saat ini tak mau berfikir dan mengemukakan pendapatnya kepada orang lain. Dan karena hal tersebut, kebanyakan masyarakat saat ini lebih menyukai menjiplak pendapat orang lain dan yang lebih parahnya lagi, mereka bisa mengatasnamakan jiplakannya tersebut sebagai hasil karyanya.
6.      Berorientasi ke Masa Depan
Seorang wirausaha harus mempunyai pandangan tentang masa depannya dan sangat bertekad untuk meraih kesuksesan di masa depan. Seorang wirausaha haruslah bisa memprediksi kebutuhan-kebutuhan apa saja yang sangat dibutuhkan oleh mangsa pasarnya di kemudian hari, tidak stuckhanya memikirkan kebutuhan-kebutuhan yang dibutuhkan masyarakat saat ini.
7.      Jujur dan Tekun
‘Kejujuran dan ketekunan merupakan kunci kesuksesan,’ begitulah pepatah mengatakan. Ternyata untuk menjadi seorang wirausaha juga dibutuhkan sikap jujur dan tekun. Jujur terhadap diri sendiri, keluarga, masyarakat, dan pegawai-pegawainya. Tekun dalam mencari ide-ide baru yang lebih kreatif dari ide-ide yang sudah ada dan tekun dalam merintis usahanya yang baru akan mulai berkembang. Jika seorang wirausaha tidak jujur dan tidak tekun, bisa dipastikan wirausaha tersebut tidak akan berhasil dalam usahanya.
8.      Memiliki Motif Berprestasi Tinggi
Menurut Gede Anggan Suhanda, motif berprestasi adalah suatu nilai sosial yang menekankan pada hasrat untuk mencapai yang terbaik guna mencapai kepuasan secara pribadi. Faktor dasarnya adalah kebutuhan yang harus dipenuhi.
9.       Memiliki Kreativitas Tinggi
Menurut Teodore Levite, kreativitas adalah kemampuan untuk berfikir tentang hal-hal baru dan berbeda. Oleh karena itu, menurutnya kewirausahaan adalah berfikir dan bertindak sesuatu yang baru atau berfikir tentang sesuatu yang lama dengan cara-cara yang baru.
10.  Memiliki Perilaku Inovatif Tinggi
Menjadi wirausaha yang handal tidaklah semudah yang dibayangkan. Namun, wirausaha juga tidak sesulit yang dibayangkan oleh kabanyakan orang, karena walau bagaimanapun setiap orang sedang dalam proses belajar berwirausaha.
11.  Selalu Memiliki Komitmen dalam Pekerjaan, Etos Kerja dan Tanggung Jawab
Seorang wirausaha harus memiliki jiwa komitmen dalam usahanya dan tekad yang bulat didalam mencurahkan semua perhatiannya pada usaha yang digelutinya. Dalam menjalankan usahanya tersebut, seorang wirausaha yang sukses terus memiliki tekad yang menggebu-gebu dan memiliki semangat yang tinggi dalam mengembangkan usahanya. Ia tidak pernah setengah-setengah dalam berusaha, berani menanggung resiko, selalu bekerja keras, dan tidak takut menghadapi peluang-peluang yang ada. Tanpa usaha yang sungguh-sungguh terhadap pekerjaan yang digelutinya, wirausaha sehebat apapun pasti akan menemui jalan kegagalan dalam usahanya. Oleh karena itu, penting sekali bagi seorang wirausaha untuk memiliki komitmen terhadap usaha dan pekerjaannya.
12.  Mandiri atau Tidak Ketergantungan pada Orang Lain
Sesuai dengan inti dari jiwa kewirausahaan yaitu kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda melalui berfikir kreatif dan bertindak inovatif untuk menciptakan peluang dalam menghadapi tantangan hidup, maka seorang wirausaha harus mempunyai kemampuan kreatif dalam mengembangkan ide dan pikirannya terutama dalam menciptakan peluang usaha yang digelutinya tanpa harus bergantung pada orang lain. Seorang wirausaha dituntut untuk selalu menciptakan hal baru dengan jalan mengkombinasikan sumber-sumber yang ada disekitarnya, mengembangkan teknologi baru, menemukan pengetahuan baru, menemukan cara baru untuk menghasilkan barang dan jasa yang baru yang lebih efisien, memperbaiki produk dan jasa yang sudah ada, dan menemukan cara baru untuk memberikan kepuasan konsumen. Oleh karena itu, seorang wirausaha hendaknya mandiri dan tidak bergantung pada orang lain agar ia dapat lebih berkreasi dan berinovasi dengan kemampuannya.
13.  Selalu Mencari Peluang
Esensi kewirausahaan yaitu tanggapan yang positif terhadap peluang untuk memperoleh keuntungan untuk diri sendiri dan atau pelayanan yang lebih baik pada pelanggan dan masyarakat, cara yang etis dan produktif untuk mencapai tujuan, serta sikap mental untuk merealisasikan tanggapan yang positif tersebut. Pengertian itu juga menampung wirausaha yang bukan pengusaha, termasuk yang mengelola organisasi nirlaba yang bertujuan untuk memberikan pelayanan yang lebih baik bagi pelanggan/masyarakat.
14.  Memiliki Kemampuan Manajerial
Salah satu jiwa kewirausahaan yang harus dimiliki seorang wirausaha adalah kemampuan untuk memanajerial atau mengurus usaha yang sedang digelutinya. Seorang wirausaha harus memiliki kemampuan perencanaan usaha, mengorganisasikan usaha, memvisualisasikan usaha, mengelola usaha dan sumber daya manusia, mengontrol usaha, maupun kemampuan mengintegrasikan operasi perusahaannya yang kesemuanya itu adalah merupakan kemampuan manajerial yang wajib dimiliki dari seorang wirausaha. Tanpa itu semua, seorang wirausaha tidak akan mendapat keberhasilan, melainkan kegagalan.

D.    Berwirausaha Dalam Pandangan Islam
Wirausaha dalam pandangan islam merupakan sebuah muamalah yang agung. Tidak hanya sekedar mengejar keuntungan duniawi semata ,lebih jauh lagi dari itu wirausaha dalam didalamislam dipandang sebagai bentuk ibadah kepada Allah Subhanahu Wataála, yang apabila dijalankan secara benar yang sesuai dengan koridor yang di tetapkan oleh Allah dan Rosul-Nya maka bagi para pelakunya adalah pahala yang Agung disisi Allah Subhanahu Wata’ala.
Sebagaimana disabdakan oleh Rosululloh Solallohu älaihiwasallam : Dari ‘Abdullah bin ‘Umar radhiallahu ‘anhu bahwa Rasuluillah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Seorang pedagang muslim yang jujur dan amanah (terpercaya) akan (dikumpulkan) bersama para Nabi, orang-orang shiddiq dan orang-orang yangmati syahid pada hari kiamat (nanti).” ( HR Ibnu Majah )  (al-Hakim ) dan ( ad-Daraquthni ) dalam sanadnya ada kelemahan, akan tetapi ada hadits lain yang menguatkannya, dari Abu Sa’id al-Khudri radhiallahu ‘anhu, HR at-Tirmidzi (no. 1209) dan lain-lain.
Oleh karena itu, hadits dinyatakan baiksanadnya oleh imam adz-Dzahabi dan syaikh al-Albani (lihat “ash-Shahiihah) Lihatlah bagaimana agungnya pahala yang diberikan kepada seorang pengusaha muslim yang jujur dan amanah dimana pahala yang diberikannya di akhirat kelak adalah dikumpulkan kedalam golongan mereka para Nabi dan orang orang yang sholeh, Subhanallah.Selain mendapatkan pahala yang besar di akhirat kelak, seorang pengusaha yang jujur jugaakan diberkahi dalam muamalahnya atau dalam jual belinya tetapi jika mereka tidak jujur maka Allah akan mencabut keberkahan tersebut dari keduanya, sebagaimana disabdakan oleh Rasululloh Solallohu älaihi Wa sallam : , “Kalau keduanya (pedagang dan pembeli) bersifat jujur dan menjelaskan (keadaan barang dagangan atau uang pembayaran), maka Allah akan memberkahi keduanya dalam jual beli tersebut.Akan tetapi kalau kaduanya berdusta dan menyembunyikan (hal tersebut), maka akan hilang keberkahan jual beli tersebut”. (HR al-Bukhari dan Muslim).

E.     Etika Berwirausaha
Etika berwirausaha yang diajarkan Rasulullah SAW, di bawah ini diambil dari tulisan Badrudin dalam buku ETIKA Berbisnis (2001: 167-172) :
1.      Kejujuran
Dalam berbisnis tidak boleh menyembunyikan kecacatan barang, karena akan menghilangkan keberkahan. Dalam tataran ini Rasullah bersabda, ‘Tidak dibenarkan seorang muslim menjual barang yang mempunyai aib, kecuali ia menjelaskan aibnya” (HR Al Quzwani).
2.      Pencatatan Utang Piutang
Dalam dunia bisnis lazim terjadi pinjam-meminjam. Alquran mengajarkan pencatatan utang piutang yang berguna untuk mengingatkan salah satu phak yang mungkin suatu waktu lupa dan khilaf.
“Hai orang-orang yang beriman, kalau kalian berutang-piutang dengan janji yang ditetapkan waktunya, hendaklah kalian tuliskan. Dan seorang penulis di antara kalian, hendaklah menuliskannya dengan jujur. Janganlah penulis itu enggan menuliskannya, sebagaimana telah diajarkan oleh Allah kepadanya.” (QS al-Baqarah [2] : 282).
3.      Orientasi Ta’awun
Pelaku bisnis yang Islami hendaknya tidak hanya mengejar keuntungan sebanyak – banyaknya sebagaimana yang diajarkan bapak ekonomi kapitalis, Adam Smith. Namun sikap ta’awun (menolong orang lain) sebagai implikasi sosial kegiatan bisnisnya. Dengan kata lain dalam berbisnis bukan mencari keuntungan semata namun hendaknya didasari oleh kesadaran-memberi kemudahan bagi orang lain.
4.      Tidak Sumpah Palsu
Nabi Muhammad sangat intens melarang para pelaku bisnis melakukan sumpah palsu dalam melakukan transaksi bisnisnya. Dalam sebuah hadist riwayat Bukhori, ia bersabda, “Dengan melakukan sumpah palsu, barang-barang memang terjual, tetapi hasilnya tidak berkah.”
Banyak dikalangan pelaku bisnis yang berani melakukan sumpah palsu yang pada gilirannya dia tidak menyadari bahwa hasil jerih payahnya tidak mendapatkan keberkahan.
5.      Sikap Longgar dan Ramah tamah
Dalam berbisnis hendaknya selalu bersikap ramah tamah dan murah hati terhadap mitra bisnisnya. Hal itu selaras dengan sabda Rasulullah, “Allah mengasihi orang yang bermurah hati saat menjual, membeli, dan menagih utang” (HR Bukhari).
6.      Tidak menjelekkan bisnis orang lain
Nabi Muhammad SAW bersabda, “Janganlah seseorang diantara kalian menjual dengan maksud untuk menjelekkan apa yang dijual oleh orang lain” (HR Muttafaq ‘alaih).
7.      Jujur dalam takaran dan timbangan
Allah berfirman dalam surah al-Muthafifin (83) ayat 1-3 : “Kecelakaan besarlah bagi orang-orang yang curang, (yaitu) orang-orang yang apabila menerima takaran dari orang lain mereka meminta dipenuhi, dan apabila mereka menakar atau menimbang untuk orang lain, mereka mengurangi.”
8.      Islam tidak mengenal persaingan
Namun sinergiRasulullah SAW mengajarkan bahwa dalam menjalin hubungan dengan mitra bisnis hendaklah saling menguntungkan, atau dengan kata lain dilarang saling bersaing. “Janganlah kamu menjual dengan menyaingi dagangan saudaramu” (HR Muttafaq ‘alaih).
9.      Bisnis tidak mengganggu ibadah kepada Allah SWT
firman Allah, “Orang yang tidak dilalaikan oleh bisnis lantaran mengingat Allah, serta dari mendirikan shalat dan membayar zakat. Mereka takut kepada suatu hari yang hari itu, hati dan pelihatan menjadi goncang.”
10.  Pembayaran upah sebelum keringat karyawan mongering
Rasulullah bersabda, “ Berilah upah kepada karyawab sebelum kering keringatnya “ ( al-Hadist). Pembayaran upah tidak boleh ditunda-tunda. Pembayaran upah harus sesuai dengan kerja yang dilakukan.
11.  Tidak memonopoli dalam bisnis
Sistem ekonomi kapitalis melegitimasi monopoli dan ologopoli dalam berbisnis. Contoh sederhana adalah eksploitasi(penguasaan) individu atas hak milik sosial, seperti air udara dan tanah yang terkandung didalamnya.
12.  Bisnis tidak dalam kondisi berbahaya
Dalam hal ini, seorang pedagang atau pengusaha dilarang berbisnis dalam keadaan yang dapat merugikan dan merusak kehidupan individu dan sosial. Seperti munculnya kekwatiran menjual anggur akan di kelola untuk diolah sebagai minuman keras.
13.  Berzakat
Setiap pengusaha dianjurkan untuk menghitung dan mengeluarkan zakat barang dagangan setiap tahun sebanyak 2,5% sebagai salah satu cara untuk membersihkan harta yang diperoleh dari hasil usaha.
14.  Hanya menjual barang yang halal
Jika Allah mengharamkan sesuatu untuk dimakan maka haram pula untuk diperjualbelikan. Nabi Muhammad SAW bersabda, “Sesungguhnya Allah mengharamkan bisnis miras, bangkai, babi dan ‘patung-patung’” (HR Jabir).
15.  Segera membayar hutang
Rasulullah memuji seorang muslim yang memiliki perhatian serius dalam pelunasan utangnya dengan sabda, “Sebaik-baik kamu adalah orang yang paling segera membayar hutangnya” (HR Hakim).
16.  Kelonggaran dalam piutang
Hal ini sebagaimana sabda Nabi SAW, “Barang siapa yang menangguhkan orang yang kesulitan membayar utang atau membebaskannya, Allah akan memberinya naungan di bawah naungan-Nya pada hari yang tidak ada naungan, kecuali naungan-Nya” (HR Muslim).
17.  Larangan riba
Bisnis yang dilaksanakan harus bersih dari unsur riba. Firman Allah yang artinya : “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan tinggalkan sisa riba (yang belum dipungut) jika kamu orang-orang yang beriman”. (al-Baqarah [2] : 278).

F.     Jiwa Kewirusahaan Dalam Diri Nabi Muhammad SAW
Rasulullah mendapatkan jiwa entrepreneur sejak beliau usia 12 tahun. Ketika itu pamannya Abu Thalib mengajak melakukan perjalanan bisnis di Syam negeri yang meliputi Syiria, Jordan dan Lebanon saat ini. Sebagai seorang yatim piatu yang tumbuh besar bersama pamannya beliau ditempa untuk tumbuh menjadi wirausahawan yang mandiri. Ketika usia 17 tahun Muhammad telah diserahi wewenang penuh untuk mengurusi seluruh bisnis pamannya. Ketika usia menginjak 20 tahun adalah merupakan masa tersulit dalam perjalanan bisnis rasulullah SAW. Beliau harus bersaing dengan pemain senior dalam perdagangan regional. Namun kemudian titik keemasan entrepreneurship Muhammad SAW tercapai ketika usia antara 20-25 tahun.
Muhammad SAW adalah sosok pengusaha sukses dan kaya. Di antara informasi tentang kekayaan beliau sebelum kenabian adalah jumlah mahar yang dibayarkan ketika menikahi Khadijah Binti khuwalaid. Konon, beliau menyerahkan 20 ekor unta muda sebagai mahar. Dalam riwayat lain, ditambah 12 uqiyah (ons) emas. Suatu jumlah yang sangat besar jika dikonversi ke mata uang kita saat ini. Dengan demikian, Muhammad SAW telah memiliki kekayaan yang cukup besar ketika beliau menikahi Khadijah. Dan kekayaan itu kian bertambah setelah menikah., karena hartanya digabung dengan harta Khadijah dan terus dikembangkan melalui bisnis (perdagangan).
Prof. Aflazul Rahman dalam bukunya Muhammad as a Trader mencatat bahwa Rasulullah SAW sering terlibat dalam perjalanan bisnis ke berbagai negeri seperti Yaman, Oman dan Bahrain. Disebutkan juga bahwa , Rasulullah SAW adalah pebisnis yang jujur dan adil dalam membuat perjanjian bisnis.
Ia tidak pernah membuat para pelanggannya mengeluh. Dia sering menjaga janjinya dan menyerahkan barang-barang yang dipesan dengan tepat waktu. Muhammad SAW pun senantiasa menunjukkan rasa tanggung jawab yang besar dan integritas yang tinggi dalam berbisnis.
Dengan kata lain, beliau melaksanakan prinsip manajemen bisnis modern yaitu :
1.      Kepuasan pelanggan (customer satisfaction)
2.      Pelayanan yang unggul (service exellence): efisiensi, persaingan yang sehat dan kompetitif.
3.      Kejujuran (Transparasi), dalam menjalankan bisnis, Muhammad SAW selalu melaksanakan prinsip kejujuran. Kejujurannya telah diakui oleh penduduk Makkah sehingga beliau digelari Al Shiddiq. Selain itu, Muhammad SAW juga dikenal sangat teguh memegang kepercayaan (amanah) dan tidak pernah sekali-kali mengkhianati kepercayaan itu. Tidak heran jika beliau juga mendapat julukan Al Amin (Terpercaya).

G.    Masa Kecil Membentuk Jiwa Wirausaha
Jiwa kewirausahaan (entrepreneurship) dalam diri Muhammad Saw tidak terjadi begitu saja, tetapi hasil dari suatu proses panjang dan dimulai sejak beliau masih kecil. (Antonio, 2008). Dari hasil penelitian Collin dan Moores (2964) dan Zaleznik (1976), mereka menyimpulkan, ”The act of entrepreneurship is an act patterned after modes of coping with early childhood experience. Tindakan kewirausahaan adalah suatu tindakan berpola setelah mendengar dan mengambil ibrah dari pengalaman masa kecil” Pendapat semacam ini diamini oleh kebanyakan guru leadership yang sepakat bahwa; apa yang terjadi pada tahun-tahun pertama kehidupan kita akan membuat perbedaan yang berarti dalam periode kehidupan berikutnya.
Menurut mereka, pengalaman masa kecil dapat mempengaruhi kesuksesan atau kegagalan seseorang. Pengalaman masa kecil juga bisa menimbulkan dorongan dan daya kritis, kemauan mencoba, disiplin, dan sebagainya yang akan membantuseseorang untuk mengembangkan rasa percaya diri serta keinginan berprestasi. Sebaliknya, pengalaman masa kecil dapat pula menyebabkan seseorang untuk tidak melakukan hal-hal tersebut. Jauh sebelum diangkat menjadi Nabi dan Rasulullah, beliau sudah dikenal sebagai pedagang. Bahkan, sejak kecil, putra dari pasangan Abdullah dan Aminah ini telah menunjukkan kesungguhannya terjun dalam bidang bisnis atau kewirausahaan (entrepreneurship).

H.    Teladan Rasullah Sebagai Interpreneur
Bagi kaum Muslimin, jiwa entrepreneur atau wirausaha harus dikembangkan. Apalagi ketika tingkat kebutuhan tenaga kerja semakin tidak bisa mengimbangi kecepatan jumlah sumber daya manusia (SDM) yang tersedia. Tenaga kerja yang ada jauh lebih banyak daripada kebutuhan. Pemerintah pun menyadari keterbatasannya dalam hal penyediaan lapangan kerja, sehingga meng-kampanye-kan model kewirausahaan kepada masyarakat dengan harapan dapat menolong dirinya sendiri secara ekonomi. ”Berdaganglah kamu, sebab lebih dari sepuluh bagian penghidupan, sembilan diantaranya dihasilkan dari berdagang”.
Rahasia keberhasilan berwirausaha adalah jujur dan adil dalam mengadakan hubungan dagang dengan para pelanggan. Berwirausaha janganlah berorientasi pada keuntungan semata, namun mengedepankan sisi memberi manfaat bagi sesama maka akan menuai barakah dan ridha dari Allah SWT. Dengan berpegang teguh pada prinsip ini, Nabi telah memberi contoh yang terbaik untuk menjadi pedagang yang berhasil. Rasulullah memiliki sifat jujur, integritas, sikap baik dan kemampuan berdagang yang luar biasa.
Bisnis bagi Rasulullah SAW tidak hanya sebatas perputaran uang dan barang, tapi ada yang lebih tinggi dari semua itu, yaitu menjaga kehormatan diri. Dengan kata lain, modal terbesar dari seorang yang menjadi pengusaha sukses, pemimpin sukses, atau ilmuwan sukses dalam disiplin ilmu apapun adalah mengembangkan jiwa entrepreneur sejak awal.
Rasulullah SAW mengadakan transaksi bisnis sama sekali tidak untuk memupuk kekayaan pribadi, tetapi justru untuk membangun kehormatan dan kemuliaan bisnisnya dengan etika yang tinggi dan hasil yang didapat justru untuk didistribusikan ke sebanyak umat. Dan inilah yang menyebabkan kepribadian junjungan kita, Rasullah SAW begitu fenomenal, baik dalam mencari nafkah maupun dalam menafkahkan karunia rizki yang diperolehnya. Allah dalam Al Quran juga memberikan motivasi untuk berdagang pada ayat berikut ”Tidak ada dosa atas kamu mendapatkan harta kekayaan dari Tuhanmu” …”Bertebaranlah kamu dimuka bumi dan carilah rahmat Allah.” (Qs. Al Jumu’ah: 60).

I.       Menumbuhkan Jiwa Interpreneur Anak dan Remaja
Menurut Dra. Alva Handayani dan Zulia ilmawati psikolog, pemerhati masalah anak dan keluarga mengatakan “Dengan mengajari ilmu kewirausahaan sejak kecil, berarti kita telah melatih anak peka untuk mempelajari bagaimana cara mereka mencari kebutuhan pasar , cara mengembangkan sebuah produk atau jasa untuk memenuhi kebutuhan, dan cara menindak lanjuti ide menjadi peluang usaha yang menguntungkan mereka”. Selain itu, anak-anak juga perlu diajarkan bahwa keberhasilan dalam hidup hanya bisa dicapai jika mereka siap memberikan atau mengorbankan sesuatu yang berharga sebelum mengharapkan imbalan dalam bentuk apapun.
Dibawah ini ada beberapa kiat untuk memulainya :
1.    Berikan usaha ringan
Sebelum memberi uang kepada anak kebisaaan buruk seorang ibu adalah memberikan uang kepada anaknya ketika ia berpamitan kerja bahkan ketika anak berumur 11 bulan, hanya untuk menghentikan tangisan. Ironinya ini justru banyak dilakukan masyarakat kelas bawah. Akibatnya jika tidak terkendali selain anak tidak menghargai uang, mereka menjadi manja bahkan “mengancam” untuk mendapatkannya. Anak harus diberi kesadaran untuk apa ia diberi uang dan cara bijak mendapatkan dan menggunakannya.
2.    Mengenal  dan menciptakan peluang bisnis
Cara sederhana adalah dengan membantu anak mengenal keadaan sekitar lingkungan. Peluang bisnis bisa muncul dari perubahan demografis, misalnya pertambahan penduduk dan pertambahan pendapatan bisa menciptakan peluang bisnis baru atau tambahan permintaan barang atau jasa. Seperti jasa fotocopy, menjual mainan,alat tulis, kue dan makanan. Menciptakan ide atau kreativitas yang baru lebih mampu meraih minat konsumen  daripada  menjalankan bisnis sama yang sudah ada. Ini bisa dilakukan sendiri atau berkelompok. Pengalaman, latihan-latihan, dan pengetahuan manajemen bisnis akan diperoleh anak secara otodidak di lapangan dan ini akan sangat mendidik anak.
Cara mengajari membangun bisnis, ada  cara sederhana seperti yang dikonsepkan yaitu :
1.       Proses belajar menyenangkan
Latihan disekolah seperti “ bussines day” atau “market day” merupakan salah satu cara yang bisa menyenangkan. Dalam pembagian kelompok mereka bisa memasang strategi yang halal tentunya untuk memasang target penjulan kepada kakak kelasnya. Proses mulai dari diskusi barang, mendapatkan modal, pembagian tugas, pengemasan, pembagian keuntungan secara jujur dan transparan.
Jika di rumah, carilah permainan yang dapat dipadukan dengan menyususn strategi bisnis dan investasi. Dari permainan tersebut diharapkan anak akan bisa mengelola keuangan,membelanjakan uang,bahkan kerugian atau risiko dalam bisnis contohnya bermain monopoli.
2.       Ubah hobi dan pekerjaan sambilan menjadi sebuah bisnis
Cobalah perhatikan kegemaran anak. Jika dia senang membaca tanyakan berapa koleksinya dan bagaimana jika dia memulai menyewakan. Termasuk kepandaian mencuci mobil,membuat makanan. Bagi remaja hobi jual beli online merupakan langkah awal yang baik jika terus dikembangkan kreatifitasnya untuk dapat berproduksi sendiri.Mulailah dengan memberi nama”perusahaan”, deskripsi pendek mengenai produk jasa yang ditawarkan,harga dan alasan harga, cetak brosur dan cari pangsa bisnis yang tepat.
3.       Beri motivasi dengan cerita
Menceritakan kisah hidup akan merangsang anak untuk meniru atau meneladaninya. Abdurrahman bin Auf adalah sosok entrepreneurship sukses selain pejuang Islam yang hebat. Beliau adalah sahabat Rasul yang paling kaya dan dermawan.Pada perang Tabuk beliau memelopori dengan menyerahkan dua ratus “uqyah emas”. Setelah Rasulullah wafat beliau bertugas menjaga keselamatan dan kesejahteraan istri Rasullullah. Walau termasuk konglomerat terbesar dijamannya, itu tidak mempengaruhi jiwanya yang dipenuhi iman dan takwa, beliau termasuk sahabat Rasulullah yang dijamin Allah masuk surga.
4.       Berlibur dan bisnis
Mengajak anak melihat tempat usaha saat berlibur merupakan cara yang ampuh. Anak bisa mencatat dalam buku harian untuk mendapatkan data yang lebih komplet serta peluang dan risikonya, mereka bisa membandingkan dengan usaha sejenis di tempat lain.
5.        Konsep cinta dan konservasi lingkungan
Walaupun jarang dibicarakan namun anak dapat diajarkan bahwa intuisi mencintai alam dapat memberi keberkahan hidup termasuk dalam bisnis. Kecintaan bercocok tanam, beternak,memelihara ikan bahkan membantu mengatasi lahan kering justru sedang berkembang menjadi trend bisnis, termasuk menggunakan enerji secara efisien,efektif dan bertanggung jawab. Islam mewajibkan memelihara alam, bahkan ada hadist yang melarang buang air kecil dibelakang pohon dan Islam melarang sifat boros dan tidak bertanggung jawab dalam kehidupan sehari-hari.


6.        Magang
Selain memperkenalkan anak anda pada usaha riil,dengan magang anak bisa langsung melihat langsung praktik dari teori-teori yang telah dia peroleh.Teori kejujuran bisa langsung dipraktekan dengan sebuah kantin kejujuran dimana tidak ada penjaga kantin untuk menerima dan memberi kembalian uang.

J.      Sikap Mental Wirausaha
Ada enam Sikap mental (minimal) yang perlu dimiliki oleh seorang wirausahawan agar sukses menjalankan wirausahanya adalah :
1.       Kreatif dan Inovatif
Bermental Wirausahawan terletak pada seberapa besar seseorang dapat mengekspresikan dan mengeksploitasi kemampuan dirinya, berimajinasi, senantiasa mendapatkan inspirasi, menciptakan atau memperbaharui sesuatu yang belum terpikirkan oleh orang lain dan hasil inovasinya itu menjadi sesuatu yang mempunyai nilai jual.
2.      Optimis, Tegar Dan Ulet
Rasa percaya diri yang tinggi (tidak berlebihan), tegar dan sangat ulet patut menjadi modal dasar dalam berwirausaha. Seseorang yang demikian tidak akan mudah putus asa, bahkan mungkin tidak pernah putus asa. Masalah akan dihadapinya dan bukan dihindari.
3.      Pekerja Keras
Waktu kerja bagi seorang wirausahawan tidak ditentukan oleh jam kerja. Saat ia sadar dari bangun tidurnya, pikirannya sudah bekerja membuat rencana, menyusun strategi atau memecahkan masalah. 
4.       Multi Tasking
Bermental Wirausahawan sejati artinya dia Mempu memandang sesuatu dalam perspektif/dimensi yang berlainan. Bahkan mampu melakukan multi-tasking (melakukan beberapa hal pekerjaan/solusi sekaligus).
5.        Berhemat
Wirausahawan yang bijaksana biasanya hemat dan sangat berhati-hati dalam menggunakan uangnya terutama jika ia dalam tahap awak usahanya. Setiap pengeluaran untuk kepentingan pribadi dipikirkannya secara serius sebab ia sadar bahwa sewaktu-waktu uang yang ada akan diperlukan untuk modal usaha atau modal kerja.
6.      Berani Ambil Resiko
Seorang wirausahawan berani mengambil resiko. Semakin besar resiko yang diambilnya, semakin besar pula kesempatan untuk meraih keuntungan karena jumlah pemain semakin sedikit. 

K.    Prinsip Enterpreneur Unggulan
Berikut penulis jelaskan Lima prinsip yang dikemukakan Dr. Rhenald Kasali tersebut tentang Entrepreneur Unggulan, yaitu :
1.       Reputasi (Kredibilitas)
Nama baik adalah modal dasar kita untuk terjun berwirausaha. Apapun yang kita miliki untuk meyakinkan seseorang (mitra) akan sia-sia adanya tanpa mempunyai reputasi, track record yang baik.
2.      Tumbuh dari bawah (Bottom Up)
Kesuksesan dalam berwirausaha tidak tiba-tiba datang begitu saja, sukses dimulai dari langkah kecil. Seiring berjalannya waktu, usaha yang kita geluti senantiasa ditemani oleh berbagai macam hambatan sehingga manakala kita dapat melaluinya, maka seiring itu pula kesuksesan demi kesuksesan terus kita raih.
3.      Istiqomah dan konsentrasi/ Fokus
Sikap Istiqomah adalah konsisten, tetap dan teguh. Tetap pada pendirian, tidak berubah, dan tahan uji. Sikap istiqomah akan melahirkan tiga pondasi Entrepreuner yaitu keberanian (Syajaah) dalam menggeluti dunia baru, ketenangan (Itminan) dalam menghadapi berbagai risiko, dan Tafaul (optimis) dalam meraih hasil/kesuksesan.
4.      Anti kerumunan
Berusaha memasuki dunia usaha yang baru bukan bidang yang sudah dikelola oleh banyak orang, kecuali mampu memberikan nilai lebih terhadap kualitas produk tersebut.
5.       Modal hanya pelengkap
Modal (financial) menjadi alasan utama kenapa orang enggan atau sulit untuk berwirausaha padahal. Mereka berpikir Uanglah satu2nya penentu wirausaha itu dapat berdiri. Padahal kita bisa memulainya dengan tidak menggunakan modal uang sama sekali misalnya join dengan teman, relasi yang mempunyai modal dan kita turut serta mengelolanya atau jika ingin mendirikan usaha sendiri tanpa join dengan yang lain bisa dimulai dengan modal yang sangat kecil atau mengajukan pinjaman ke pihak lain (bank, kenalan atau saudara). Jika cerdas, kita bisa memulai suatu usaha tanpa modal uang sama sekali. Misalnya dengan sistem titip jual (konsinyasi).

L.     Pentingnya Sikap Pantang Menyerah dalam Berwirausaha
Sikap kerja pantang menyerah dalam berwirausaha pada hakikatnya merupakan sinar terang keberhasilan dalam menjalankan kehidupan usahanya baik untuk diri wirausaha, keluarganya maupun untuk masyarakat. Seorang wirausahawan yang memiliki sikap kerja pantang menyerah didalam usahanya pada hakekatnya adalah orang yang tidak mengenal lelah didalam berwirausaha. Bagi seorang wirausaha, sikap pantang menyerah adalah sikap yang tidak mudah patah semangat dalam menghadapi berbagai rintangan, selalu bekerja keras untuk mewujudkan tujuan, menganggap rintangan/hambatan selalu ada dalam setiap kegiatan yang harus dihadapi. Mereka yang menyerah sebelum mencapai tujuan, mereka adalah orang-orang yang gagal dan tak akan pernah sukses.
Wirausahawan yang memiliki komitmen tinggi dan pantang menyerah di dalam berwirausaha, setidaknya harus memiliki 6 kekuatan yang dapat membangun kepribadian :
1.      keyakinan yang kuat untuk maju
2.      kemauan yang keras untuk maju
3.      pemikiran yang konstruktif dan kreatif
4.      kesabaran dan ketabahan
5.      ketahanan fisik dan mental
6.      kejujuran dan tanggung jawab

M.   Kreativitas Dalam Berwirausaha
Seorang wirausaha adalah seorang yang memiliki jiwa dan kemampuan tertentu dalam berkreasi dan berinovasi. Ia adalah seseorang yang memiliki kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda (ability to create the new and different) atau kemampuan kreatif dan inovatif.   Kemampuan kreatif dan inovatif tersebut secara  riil tercermin dalam kemampuan dan kemauan untuk memulai usaha (start up), kemampuan untuk mengerjakan sesuatu yang baru (creative), kemampuan untuk  mencari peluang (opportunity), keberanian untuk menanggung risiko (risk bearing) dan kemampuan untuk mengembangkan ide.
kemampuan - kemampuan tersebut diperlukan terutama untuk :
1.      Melakukan proses/ teknik baru (the new technik)
2.      Menghasilkan produk atau jasa baru (the new product or new service)
3.      Menghasilkan nilai tambah baru (the new value added)
4.      Merintis usaha baru (new businesess), yang mengacu pada pasar
5.      Mengembangkan organisasi baru (the new organisaton).
Menurut Sumarno (1984) pengertian kreativitas dibagi menjadi dua yakni :
1.      Kreativitas adalah kemampuan untuk membuat kombinasi-kombinasi atau melihat hubungan-hubungan baru antara unsur, data, variabel, yang sudah ada sebelumnya.
2.      Kreativitas adalah kemampuan seseorang untuk melahirkan sesuatu yang baru, baik berupa gagasan maupun karya nyata yang relatif berbeda dengan apa yang telah ada sebelumnya.
Pemikiran kreatif berhubungan secara langsung dengan penambahan nilai, penciptaan nilai, serta penemuan peluang bisnis. Pola pemikiran kreatif juga dibutuhkan untuk menggambarkan keadaan masa depan, di mana seorang wirausaha akan beroperasi, juga akan memberikan gambaran yang tidak dapat dihasilkan oleh eksplorasi terhadap trend masa kini. Dalam mengelola usaha, keberhasilan seorang wirausaha terletak pada sikap dan kemampuan berusaha, serta memiliki semangat kerja yang tinggi. Sedangkan semangat atau etos kerja yang tinggi seorang wirausaha itu terletak pada kreativitas dan rasa percaya pada diri sendiri untuk maju dalam berwirausaha. Seorang wirausaha yang kreatif dapat menciptakan hal-hal yang baru untuk mengembangkan usahanya. Kreativitas dapat menyalurkan inspirasi dan ilham terhadap gagasan-gagasan baru untuk kemajuan dalam bidang usahanya.

N.    Pentingnya Profesionalisme dalam Berwirausaha
Seorang wirausahawan harus dapat menekuni setiap usahanya secara profesional, sehingga usaha yang didirikan dapat berkembang dengan baik dan dapat menguntungkan semua pihak. Seorang wirausahawan haruslah mampu melihat ke depan, dalam arti melihat dan berpikir dengan penuh perhitungan mencari pilihan berbagai alternatif masalah dan pemecahannya. Untuk itu diperlukan seorang wirausahawan yang handal dan profesional.
Seorang wirausahawan harus memiliki konsep-konsep berikut.
1.      Mengenal sangat dalam terhadap produknya
2.      Yakin dan percaya terhadap produknya
3.      Tidak berdebat dengan calon pelanggan
4.      Memiliki jiwa antusias.
5.      Komunikatif dalam negosiasi
6.      Ramah dalam pelayanan
7.      Santun dalam penampilan
8.      Menciptakan transaksi
9.      Memenuhi kebutuhan pelanggan
10.  Jujur, berani, dan mempunyai keberanian




BAB III
PENUTUP


A.    Kesimpulan
Menurut pemateri kewirausahaan adalah proses mengelola bisnis dengan baik dan benar dimana seorang wirausaha harus mempunyai kreativitas dan ide-ide yang akan dikembangkan agar bisnis tersebut dapat menarik perhatian pelanggan, dan juga seorang wirausaha harys mempunyai jiwa kewirausahaan didalam dirinya tidak hanya dasarnya saja tetapi dapat menimbulkan bisnis baru yang lebih bagus.
Menurut isi materi kewirausahaan adalah kemampuan untuk menciptakan seuatu yang baru dan berbeda (create new and different) melaui berpikir kreatif dan bertindak inovatif untuk menciptakan peluang dalam menghadapi tantangan hidup, yang mempunyai sikap mental wirausaha yaitu, kreatif dan inovatif, optimis, tegar dan ulet, pekerja keras, multi tasking, berani ambil resiko serta berhemat.
Menurut pendapat saya kewirausahaan adalah kemampuan seseorang untuk menciptakan bisnis atau peluang baru untuk menciptakan barang dan jasa, menambah nilai terhadap tugas dan tanggung jawab yang dikerjakannya.

B.     Saran
Setiap usaha harus dijalankan dengan semaksimal mungkin agar usaha tersebut bisa sejalan apa yang kita harapkan. Usaha tersebut harus mempunyai ide dan strategi yang baik untuk membuka usaha atau sudah membuka usaha, agar usaha yang kita kelola bisa semakin meningkat/maju.


DAFTAR PUSTAKA

http://www.tabloidwirausaha.com/2015/01/etika-berwirausaha-dalam-pandangan-islam.html






Tidak ada komentar:

Posting Komentar