BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Pengangguran di
Indonesia yang semakin meningkat per hari demi harinya, kesempatan dan lowongan
kerja yang minim, serta pendidikan yang rendah menjadi pemicu setiap orang
untuk mendirikan suatu usaha kecil dan menengah. Berwirausaha kini menjadi
trend di kalangan masyarakat Indonesia. Dengan hanya bermodalkan skill dan
kemampuan dalam mengelolanya mereka bisa mendapatkan profit yang cukup
menjanjikan. Salah satu usaha pemerintah untuk mengurangi angka pengangguran
ialah menciptakan lapangan kerja yang bersifat padat karya. Namun kalangan
orang yang berpendidikan cenderung tidak tertarik dengan pekerjaan ini
(berwirausaha), minat mereka bekerja di kantoran lebih tinggi. Semakin tinggi
pendidikan mereka semakin besar keinginan mereka untuk menduduki kursi kantoran
dengan jabatan yang tinggi. Mereka tidak berani mengambil risisko besar seperti
berwirausaha. Dalam hal ini berarti mereka bekerja dengan orang lain hanya
mengandalkan upah atau gaji.
Namun, apa pendapat
mereka para wirausahawan sukses yang menembus pasar nasional dan internasional.
Mereka bekerja meniti kariernya sendiri dengan hasil yang menjanjikan dan hanya
bermodalkan skill dan kemampuan. Berani mengambil risiko dalam dunia persaingan
pasar. Bahkan mereka menggaji bukan memberi gaji jika dibandingkan dengan
mereka yang bekerja di perusahaan milik orang lain. Semua alasan itulah yang mendorong seseorang untuk melakukan
terobosan baru dengan memilih berwirausaha. Namun pada prakteknya tidaklah
mudah untuk memulai suatu usaha. Rasa takut akan kegagalan dan kerugian
pastinya selalu menghantui para wirausahawan ketika akan memulai usahanya. Niat
dan keberanian dalam mengambil risiko adalah modal utama dalam membuka usaha
baru. Namun keberanian tanpa disertai dengan kemampuan berwirausaha seringkali
menjerumuskan kedalam situasi kegagalan yang berkepanjangan.
B. Rumusan masalah
1.
Apa yang dimaksud dengan kewirausahaan?
2.
Apa yang dimaksud dengan hakikat
kewirausahaan?
3.
Apa yang dimaksud dengan karakteristik
seorang wirausaha?
4.
Apa yang dimaksud dengan berwirausaha
dalam pandangan islam?
5.
Apa yang dimaksud dengan etika
berwirausaha dalam islam?
6.
Apa
yang dimaksud dengan jiwa kewirausahaan dalam diri nabi Muhammad?
7.
Apa yang dimaksud dengan masa kecil
membentuk jiwa wirausaha?
8.
Apa yang dimaksud dengan teladan
rasullah sebagai interpreneur?
9.
Apa yang dimaksud dengan menumbuhkan
jiwa interpreneur anak remaja?
10. Apa
yang dimaksud dengan sikap mental wirausaha?
11. Apa
yang dimaksud dengan prinsip interpreneur unggulan?
12. Apa
yang dimaksud dengan pentingnya sikap pantang menyerah dalam berwirausaha?
13. Apa
yang dimaksud dengan kreativitas dalam berwirausaha?
14. Apa
yang dimaksud dengan pentingnya
profesionalisme dalam berwirausaha?
C. Tujuan penulis
1.
Untuk mengetahui pengertian
kewirausahaan
2.
Untuk mengetahui hakikat kewirausahaan
3.
Untuk mengetahui karakteristik seorang
wirausaha
4.
Untuk mengetahui berwirausaha dalam
pandangan islam
5.
Untuk mengetahui etika berwirausaha
dalam islam
6.
Untuk mengetahui jiwa kewirausahaan
dalam diri nabi Muhammad saw
7.
Untuk mengetahui masa kecil membentuk
jiwa wirausaha
8.
Untuk mengetahui teladan rasullah
sebagai interpreneur
9.
Untuk mengetahui menumbuhkan jiwa
interpreneur anak dan remaja
10. Untuk
mengetahui sikap mental wirausaha
11. Untuk
mengetahui prinsip interpreneur unggulan
12. Untuk
mengetahui pentingnya sikap pantang menyerah dalam berwirausaha
13. Untuk
mengetahui kreativitas dalam berwirausaha
14. Untuk
mengetahui pentingnya profesionalisme dalam berwirausaha
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Kewirausahaan
Menurut Steinhoff dan John F. Burgess (1993:35) wirausaha adalah orang yang mengorganisir, mengelola dan berani
menanggung resiko untuk menciptakan
usaha baru dan peluang berusaha. Secara esensi pengertian entrepreneurship adalah suatu sikap mental,
pandangan, wawasan serta pola pikir dan pola tindak seseorang terhadap
tugas-tugas yang menjadi tanggungjawabnya dan selalu berorientasi kepada
pelanggan. Atau dapat juga diartikan sebagai semua tindakan dari seseorang yang
mampu memberi nilai terhadap tugas dan tanggungjawabnya.
Adapun kewirausahaan merupakan sikap mental dan sifat jiwa yang selalu
aktif dalam berusaha untuk memajukan karya baktinya dalam rangka upaya
meningkatkan pendapatan di dalam kegiatan usahanya. Selain itu kewirausahan
adalah kemampuan kreatif dan inovatif yang dijadikan dasar, kiat, dan sumber
daya untuk mencari peluang menuju sukses.
Inti dari kewirausahaan adalah kemampuan untuk menciptakan seuatu yang baru
dan berbeda (create new and different) melaui berpikir kreatif dan bertindak
inovatif untuk menciptakan peluang dalam menghadapi tantangan hidup.
B.
Hakikat Kewirausahaan
Ada 6 hakekat penting kewirausahaan sebagai berikut ( Suryana,2003 : 13),
yaitu :
1. Kewirausahaan adalah suatu nilai yang diwujudkan dalam
perilaku yang dijadikan dasar sumber daya, tenaga penggerak, tujuan, siasat,
kiat, proses, dan hasil bisnis (Acmad Sanusi, 1994).
2. Kewirausahaan adalah suatu kemampuan untuk menciptakan
sesuatu yang baru dan berbeda (ability to create the new and different)
(Drucker, 1959).
3. Kewirausahaan
adalah suatu proses penerapan kreativitas dan inovasi dalam memecahkan
persoalan dan menemukan peluang untuk memperbaiki kehidupan (Zimmerer. 1996).
4. Kewirausahaan adalah suatu nilai yang diperlukan untuk
memulai suatu usaha (start-up phase) dan perkembangan usaha (venture growth)
(Soeharto Prawiro, 1997).
5. Kewirausahaan adalah suatu proses dalam mengerjakan
sesuatu yang baru (creative), dan sesuatu yang berbeda (inovative) yang
bermanfaat memberi nilai lebih.
6. Kewirausahaan adalah usaha menciptakan nilai tambah
dengan jalan mengkombinasikan sumber-sumber melaui cara-cara baru dan berbeda
untuk memenangkan persaingan. Nilai tambah tersebut dapat diciptakan dengan
cara mengembangkan teknologi baru, menemukan pengetahuan baru, menemukan cara
baru untuk menghasilkan barang dan jasa yang baru yang lebih efisien,
memperbaiki produk dan jasa yang sudah ada, dan menemukan.
Berdasarkan keenam konsep diatas, secara ringkas kewirausahaan dapat
didefinisikan sebagai sesuatu kemampuan kreatif dan inovatif (create new and
different) yang dijadikan kiat, dasar, sumber daya, proses dan perjuangan untuk
menciptakan nilai tambah barang dan jasa yang dilakukan dengan keberanian untuk
menghadapi risiko.
C.
Karakteristik
Seorang Wirausaha
Berikut ini adalah beberapa ciri-ciri atau karakteristik seorang wirausaha
yang jarang dimiliki oleh masyarakat Indonesia.
1. Memiliki Rasa Percaya Diri
Entah karena takut salah atau karena hal lain, masyarakat Indonesia masa
kini menjadi tidak memiliki kepercayaan diri. Hal tersebut terbukti saat mereka
duduk dibangku pendidikan. Saat ditanya oleh guru atau dosen, jarang diantara
mereka yang berinisiatif untuk mengangkat tangan dan menjawab pertanyaan sang
guru. Bahkan beberapa diantara mereka lebih memilih ditunjuk daripada
mengangkat tangan mereka.
2. Berorientasi pada Tugas dan
Hasil
Maksudnya adalah seorang wirausaha harus mempunyai sikap tanggung jawab
pada tugas-tugas yang dibebankan kepadanya. Ia juga harus bertanggung jawab
pada hasil dari tugas yang dibebankannya. Dan sayangnya, masyarakat Indonesia
sangat sedikit yang memiliki sikap ini. Sebagian dari mereka menganggap enteng
tugas-tugas yang dibebankan padanya.
3. Berani Mengambil Resiko
Sebagai wirausaha yang baru, seseorang haruslah berani mengambil resiko
dan menghadapi resiko apapun terhadap langkah yang telah
diambilnya. Seseorang pernah berkata bahwa kita tidak akan pernah memulai
sesuatu jika belum pernah mengalami kegagalan.
4. Memiliki Jiwa Kepemimpinan
Kepemimpinan sangat dibutuhkan oleh seorang wirausaha untuk memimpin
anak-anak buahnya atau pegawainya. Seseorang tidak akan bisa menjadi seorang
wirausaha bila ia tidak bisa memimpin, baik memimpin diri sendiri maupun
memimpin orang lain.
5. Keorisinilan
Keorisinilan atau keaslian maksudnya bahwa orang yang ingin menjadi
wirausaha mempunyai ide-ide kreatif yang asli dan murni dari dirinya, bukan
dari orang lain atau hasil dari plagiarism. Namun sayangnya,
kebanyakan masyarakat Indonesia saat ini tak mau berfikir dan mengemukakan
pendapatnya kepada orang lain. Dan karena hal tersebut, kebanyakan masyarakat
saat ini lebih menyukai menjiplak pendapat orang lain dan yang lebih parahnya
lagi, mereka bisa mengatasnamakan jiplakannya tersebut sebagai hasil karyanya.
6. Berorientasi ke Masa Depan
Seorang wirausaha harus mempunyai pandangan tentang masa depannya dan
sangat bertekad untuk meraih kesuksesan di masa depan. Seorang wirausaha
haruslah bisa memprediksi kebutuhan-kebutuhan apa saja yang sangat dibutuhkan
oleh mangsa pasarnya di kemudian hari, tidak stuckhanya memikirkan kebutuhan-kebutuhan
yang dibutuhkan masyarakat saat ini.
7. Jujur dan Tekun
‘Kejujuran dan ketekunan merupakan kunci kesuksesan,’ begitulah pepatah
mengatakan. Ternyata untuk menjadi seorang wirausaha juga dibutuhkan sikap
jujur dan tekun. Jujur terhadap diri sendiri, keluarga, masyarakat, dan
pegawai-pegawainya. Tekun dalam mencari ide-ide baru yang lebih kreatif dari
ide-ide yang sudah ada dan tekun dalam merintis usahanya yang baru akan mulai
berkembang. Jika seorang wirausaha tidak jujur dan tidak tekun, bisa dipastikan
wirausaha tersebut tidak akan berhasil dalam usahanya.
8. Memiliki Motif Berprestasi
Tinggi
Menurut Gede Anggan Suhanda, motif berprestasi adalah suatu nilai sosial
yang menekankan pada hasrat untuk mencapai yang terbaik guna mencapai kepuasan
secara pribadi. Faktor dasarnya adalah kebutuhan yang harus dipenuhi.
9. Memiliki
Kreativitas Tinggi
Menurut Teodore Levite, kreativitas adalah kemampuan untuk berfikir tentang
hal-hal baru dan berbeda. Oleh karena itu, menurutnya kewirausahaan adalah
berfikir dan bertindak sesuatu yang baru atau berfikir tentang sesuatu yang
lama dengan cara-cara yang baru.
10. Memiliki Perilaku Inovatif
Tinggi
Menjadi wirausaha yang handal tidaklah semudah yang dibayangkan. Namun,
wirausaha juga tidak sesulit yang dibayangkan oleh kabanyakan orang, karena
walau bagaimanapun setiap orang sedang dalam proses belajar berwirausaha.
11. Selalu Memiliki Komitmen
dalam Pekerjaan, Etos Kerja dan Tanggung Jawab
Seorang wirausaha harus memiliki jiwa komitmen dalam usahanya dan tekad
yang bulat didalam mencurahkan semua perhatiannya pada usaha yang digelutinya.
Dalam menjalankan usahanya tersebut, seorang wirausaha yang sukses terus
memiliki tekad yang menggebu-gebu dan memiliki semangat yang tinggi dalam
mengembangkan usahanya. Ia tidak pernah setengah-setengah dalam berusaha,
berani menanggung resiko, selalu bekerja keras, dan tidak takut menghadapi
peluang-peluang yang ada. Tanpa usaha yang sungguh-sungguh terhadap pekerjaan
yang digelutinya, wirausaha sehebat apapun pasti akan menemui jalan kegagalan
dalam usahanya. Oleh karena itu, penting sekali bagi seorang wirausaha untuk
memiliki komitmen terhadap usaha dan pekerjaannya.
12. Mandiri atau Tidak
Ketergantungan pada Orang Lain
Sesuai dengan inti dari jiwa kewirausahaan yaitu kemampuan untuk
menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda melalui berfikir kreatif dan
bertindak inovatif untuk menciptakan peluang dalam menghadapi tantangan hidup,
maka seorang wirausaha harus mempunyai kemampuan kreatif dalam mengembangkan
ide dan pikirannya terutama dalam menciptakan peluang usaha yang digelutinya
tanpa harus bergantung pada orang lain. Seorang wirausaha dituntut untuk selalu
menciptakan hal baru dengan jalan mengkombinasikan sumber-sumber yang ada
disekitarnya, mengembangkan teknologi baru, menemukan pengetahuan baru,
menemukan cara baru untuk menghasilkan barang dan jasa yang baru yang lebih
efisien, memperbaiki produk dan jasa yang sudah ada, dan menemukan cara baru
untuk memberikan kepuasan konsumen. Oleh karena itu, seorang wirausaha
hendaknya mandiri dan tidak bergantung pada orang lain agar ia dapat lebih
berkreasi dan berinovasi dengan kemampuannya.
13. Selalu Mencari Peluang
Esensi kewirausahaan yaitu tanggapan yang positif terhadap peluang untuk
memperoleh keuntungan untuk diri sendiri dan atau pelayanan yang lebih baik
pada pelanggan dan masyarakat, cara yang etis dan produktif untuk mencapai
tujuan, serta sikap mental untuk merealisasikan tanggapan yang positif
tersebut. Pengertian itu juga menampung wirausaha yang bukan pengusaha,
termasuk yang mengelola organisasi nirlaba yang bertujuan untuk memberikan
pelayanan yang lebih baik bagi pelanggan/masyarakat.
14. Memiliki Kemampuan
Manajerial
Salah satu jiwa kewirausahaan yang harus dimiliki seorang wirausaha adalah
kemampuan untuk memanajerial atau mengurus usaha yang sedang digelutinya.
Seorang wirausaha harus memiliki kemampuan perencanaan usaha, mengorganisasikan
usaha, memvisualisasikan usaha, mengelola usaha dan sumber daya manusia,
mengontrol usaha, maupun kemampuan mengintegrasikan operasi perusahaannya yang
kesemuanya itu adalah merupakan kemampuan manajerial yang wajib dimiliki dari
seorang wirausaha. Tanpa itu semua, seorang wirausaha tidak akan mendapat
keberhasilan, melainkan kegagalan.
D.
Berwirausaha Dalam Pandangan Islam
Wirausaha dalam
pandangan islam merupakan sebuah muamalah yang agung. Tidak hanya sekedar
mengejar keuntungan duniawi semata ,lebih jauh lagi dari itu wirausaha dalam
didalamislam dipandang sebagai bentuk ibadah kepada Allah Subhanahu Wataála,
yang apabila dijalankan secara benar yang sesuai dengan koridor yang di
tetapkan oleh Allah dan Rosul-Nya maka bagi para pelakunya adalah pahala yang
Agung disisi Allah Subhanahu Wata’ala.
Sebagaimana
disabdakan oleh Rosululloh Solallohu älaihiwasallam : Dari ‘Abdullah bin ‘Umar
radhiallahu ‘anhu bahwa Rasuluillah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Seorang pedagang muslim yang jujur dan amanah (terpercaya) akan (dikumpulkan)
bersama para Nabi, orang-orang shiddiq dan orang-orang yangmati syahid pada
hari kiamat (nanti).” ( HR Ibnu Majah )
(al-Hakim ) dan ( ad-Daraquthni ) dalam sanadnya ada kelemahan, akan
tetapi ada hadits lain yang menguatkannya, dari Abu Sa’id al-Khudri radhiallahu
‘anhu, HR at-Tirmidzi (no. 1209) dan lain-lain.
Oleh karena itu,
hadits dinyatakan baiksanadnya oleh imam adz-Dzahabi dan syaikh al-Albani
(lihat “ash-Shahiihah) Lihatlah bagaimana agungnya pahala yang diberikan kepada
seorang pengusaha muslim yang jujur dan amanah dimana pahala yang diberikannya
di akhirat kelak adalah dikumpulkan kedalam golongan mereka para Nabi dan orang
orang yang sholeh, Subhanallah.Selain mendapatkan pahala yang besar di akhirat
kelak, seorang pengusaha yang jujur jugaakan diberkahi dalam muamalahnya atau
dalam jual belinya tetapi jika mereka tidak jujur maka Allah akan mencabut
keberkahan tersebut dari keduanya, sebagaimana disabdakan oleh Rasululloh
Solallohu älaihi Wa sallam : , “Kalau keduanya (pedagang dan pembeli) bersifat
jujur dan menjelaskan (keadaan barang dagangan atau uang pembayaran), maka
Allah akan memberkahi keduanya dalam jual beli tersebut.Akan tetapi kalau
kaduanya berdusta dan menyembunyikan (hal tersebut), maka akan hilang
keberkahan jual beli tersebut”. (HR al-Bukhari dan Muslim).
E.
Etika Berwirausaha
Etika berwirausaha yang diajarkan
Rasulullah SAW, di bawah ini diambil dari tulisan Badrudin dalam buku ETIKA
Berbisnis (2001: 167-172) :
1.
Kejujuran
Dalam berbisnis tidak
boleh menyembunyikan kecacatan barang, karena akan menghilangkan keberkahan.
Dalam tataran ini Rasullah bersabda, ‘Tidak dibenarkan seorang muslim menjual
barang yang mempunyai aib, kecuali ia menjelaskan aibnya” (HR Al Quzwani).
2.
Pencatatan Utang Piutang
Dalam dunia bisnis
lazim terjadi pinjam-meminjam. Alquran mengajarkan pencatatan utang piutang
yang berguna untuk mengingatkan salah satu phak yang mungkin suatu waktu lupa
dan khilaf.
“Hai orang-orang yang beriman, kalau kalian berutang-piutang dengan janji yang ditetapkan waktunya, hendaklah kalian tuliskan. Dan seorang penulis di antara kalian, hendaklah menuliskannya dengan jujur. Janganlah penulis itu enggan menuliskannya, sebagaimana telah diajarkan oleh Allah kepadanya.” (QS al-Baqarah [2] : 282).
“Hai orang-orang yang beriman, kalau kalian berutang-piutang dengan janji yang ditetapkan waktunya, hendaklah kalian tuliskan. Dan seorang penulis di antara kalian, hendaklah menuliskannya dengan jujur. Janganlah penulis itu enggan menuliskannya, sebagaimana telah diajarkan oleh Allah kepadanya.” (QS al-Baqarah [2] : 282).
3.
Orientasi Ta’awun
Pelaku bisnis yang
Islami hendaknya tidak hanya mengejar keuntungan sebanyak – banyaknya
sebagaimana yang diajarkan bapak ekonomi kapitalis, Adam Smith. Namun sikap
ta’awun (menolong orang lain) sebagai implikasi sosial kegiatan bisnisnya.
Dengan kata lain dalam berbisnis bukan mencari keuntungan semata namun
hendaknya didasari oleh kesadaran-memberi kemudahan bagi orang lain.
4.
Tidak Sumpah Palsu
Nabi Muhammad sangat
intens melarang para pelaku bisnis melakukan sumpah palsu dalam melakukan
transaksi bisnisnya. Dalam sebuah hadist riwayat Bukhori, ia bersabda, “Dengan
melakukan sumpah palsu, barang-barang memang terjual, tetapi hasilnya tidak
berkah.”
Banyak dikalangan pelaku bisnis yang berani melakukan sumpah palsu yang pada gilirannya dia tidak menyadari bahwa hasil jerih payahnya tidak mendapatkan keberkahan.
Banyak dikalangan pelaku bisnis yang berani melakukan sumpah palsu yang pada gilirannya dia tidak menyadari bahwa hasil jerih payahnya tidak mendapatkan keberkahan.
5.
Sikap Longgar dan Ramah tamah
Dalam berbisnis
hendaknya selalu bersikap ramah tamah dan murah hati terhadap mitra bisnisnya.
Hal itu selaras dengan sabda Rasulullah, “Allah mengasihi orang yang bermurah
hati saat menjual, membeli, dan menagih utang” (HR Bukhari).
6.
Tidak menjelekkan bisnis orang lain
Nabi Muhammad SAW
bersabda, “Janganlah seseorang diantara kalian menjual dengan maksud untuk
menjelekkan apa yang dijual oleh orang lain” (HR Muttafaq ‘alaih).
7.
Jujur dalam takaran dan timbangan
Allah berfirman dalam
surah al-Muthafifin (83) ayat 1-3 : “Kecelakaan besarlah bagi orang-orang yang
curang, (yaitu) orang-orang yang apabila menerima takaran dari orang lain
mereka meminta dipenuhi, dan apabila mereka menakar atau menimbang untuk orang
lain, mereka mengurangi.”
8.
Islam tidak mengenal persaingan
Namun sinergiRasulullah
SAW mengajarkan bahwa dalam menjalin hubungan dengan mitra bisnis hendaklah
saling menguntungkan, atau dengan kata lain dilarang saling bersaing.
“Janganlah kamu menjual dengan menyaingi dagangan saudaramu” (HR Muttafaq
‘alaih).
9.
Bisnis tidak mengganggu ibadah kepada
Allah SWT
firman Allah, “Orang
yang tidak dilalaikan oleh bisnis lantaran mengingat Allah, serta dari
mendirikan shalat dan membayar zakat. Mereka takut kepada suatu hari yang hari
itu, hati dan pelihatan menjadi goncang.”
10. Pembayaran
upah sebelum keringat karyawan mongering
Rasulullah bersabda, “
Berilah upah kepada karyawab sebelum kering keringatnya “ ( al-Hadist).
Pembayaran upah tidak boleh ditunda-tunda. Pembayaran upah harus sesuai dengan
kerja yang dilakukan.
11. Tidak
memonopoli dalam bisnis
Sistem ekonomi
kapitalis melegitimasi monopoli dan ologopoli dalam berbisnis. Contoh sederhana
adalah eksploitasi(penguasaan) individu atas hak milik sosial, seperti air
udara dan tanah yang terkandung didalamnya.
12. Bisnis
tidak dalam kondisi berbahaya
Dalam hal ini, seorang
pedagang atau pengusaha dilarang berbisnis dalam keadaan yang dapat merugikan
dan merusak kehidupan individu dan sosial. Seperti munculnya kekwatiran menjual
anggur akan di kelola untuk diolah sebagai minuman keras.
13. Berzakat
Setiap pengusaha
dianjurkan untuk menghitung dan mengeluarkan zakat barang dagangan setiap tahun
sebanyak 2,5% sebagai salah satu cara untuk membersihkan harta yang diperoleh
dari hasil usaha.
14. Hanya
menjual barang yang halal
Jika Allah mengharamkan
sesuatu untuk dimakan maka haram pula untuk diperjualbelikan. Nabi Muhammad SAW
bersabda, “Sesungguhnya Allah mengharamkan bisnis miras, bangkai, babi dan
‘patung-patung’” (HR Jabir).
15. Segera
membayar hutang
Rasulullah memuji seorang
muslim yang memiliki perhatian serius dalam pelunasan utangnya dengan sabda,
“Sebaik-baik kamu adalah orang yang paling segera membayar hutangnya” (HR
Hakim).
16. Kelonggaran
dalam piutang
Hal ini sebagaimana
sabda Nabi SAW, “Barang siapa yang menangguhkan orang yang kesulitan membayar
utang atau membebaskannya, Allah akan memberinya naungan di bawah naungan-Nya
pada hari yang tidak ada naungan, kecuali naungan-Nya” (HR Muslim).
17. Larangan
riba
Bisnis yang
dilaksanakan harus bersih dari unsur riba. Firman Allah yang artinya : “Hai
orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan tinggalkan sisa riba
(yang belum dipungut) jika kamu orang-orang yang beriman”. (al-Baqarah [2] :
278).
F. Jiwa Kewirusahaan Dalam Diri Nabi
Muhammad SAW
Rasulullah mendapatkan
jiwa entrepreneur sejak beliau usia 12 tahun. Ketika itu pamannya Abu Thalib
mengajak melakukan perjalanan bisnis di Syam negeri yang meliputi Syiria,
Jordan dan Lebanon saat ini. Sebagai seorang yatim piatu yang tumbuh besar
bersama pamannya beliau ditempa untuk tumbuh menjadi wirausahawan yang mandiri.
Ketika usia 17 tahun Muhammad telah diserahi wewenang penuh untuk mengurusi
seluruh bisnis pamannya. Ketika usia menginjak 20 tahun adalah merupakan masa
tersulit dalam perjalanan bisnis rasulullah SAW. Beliau harus bersaing dengan
pemain senior dalam perdagangan regional. Namun kemudian titik keemasan
entrepreneurship Muhammad SAW tercapai ketika usia antara 20-25 tahun.
Muhammad SAW adalah
sosok pengusaha sukses dan kaya. Di antara informasi tentang kekayaan beliau
sebelum kenabian adalah jumlah mahar yang dibayarkan ketika menikahi Khadijah
Binti khuwalaid. Konon, beliau menyerahkan 20 ekor unta muda sebagai mahar.
Dalam riwayat lain, ditambah 12 uqiyah (ons) emas. Suatu jumlah yang sangat
besar jika dikonversi ke mata uang kita saat ini. Dengan demikian, Muhammad SAW
telah memiliki kekayaan yang cukup besar ketika beliau menikahi Khadijah. Dan
kekayaan itu kian bertambah setelah menikah., karena hartanya digabung dengan
harta Khadijah dan terus dikembangkan melalui bisnis (perdagangan).
Prof. Aflazul Rahman
dalam bukunya Muhammad as a Trader mencatat bahwa Rasulullah SAW sering
terlibat dalam perjalanan bisnis ke berbagai negeri seperti Yaman, Oman dan
Bahrain. Disebutkan juga bahwa , Rasulullah SAW adalah pebisnis yang jujur dan
adil dalam membuat perjanjian bisnis.
Ia tidak pernah membuat para pelanggannya mengeluh. Dia sering menjaga janjinya dan menyerahkan barang-barang yang dipesan dengan tepat waktu. Muhammad SAW pun senantiasa menunjukkan rasa tanggung jawab yang besar dan integritas yang tinggi dalam berbisnis.
Ia tidak pernah membuat para pelanggannya mengeluh. Dia sering menjaga janjinya dan menyerahkan barang-barang yang dipesan dengan tepat waktu. Muhammad SAW pun senantiasa menunjukkan rasa tanggung jawab yang besar dan integritas yang tinggi dalam berbisnis.
Dengan kata lain,
beliau melaksanakan prinsip manajemen bisnis modern yaitu :
1.
Kepuasan pelanggan (customer
satisfaction)
2.
Pelayanan yang unggul (service
exellence): efisiensi, persaingan yang sehat dan kompetitif.
3.
Kejujuran (Transparasi), dalam
menjalankan bisnis, Muhammad SAW selalu melaksanakan prinsip kejujuran. Kejujurannya
telah diakui oleh penduduk Makkah sehingga beliau digelari Al Shiddiq. Selain
itu, Muhammad SAW juga dikenal sangat teguh memegang kepercayaan (amanah) dan
tidak pernah sekali-kali mengkhianati kepercayaan itu. Tidak heran jika beliau
juga mendapat julukan Al Amin (Terpercaya).
G. Masa Kecil Membentuk Jiwa Wirausaha
Jiwa kewirausahaan (entrepreneurship) dalam diri
Muhammad Saw tidak terjadi begitu saja, tetapi hasil dari suatu proses panjang
dan dimulai sejak beliau masih kecil. (Antonio, 2008). Dari hasil penelitian
Collin dan Moores (2964) dan Zaleznik (1976), mereka menyimpulkan, ”The act of
entrepreneurship is an act patterned after modes of coping with early childhood
experience. Tindakan kewirausahaan adalah suatu tindakan
berpola setelah mendengar dan mengambil ibrah dari pengalaman masa kecil” Pendapat semacam ini diamini oleh kebanyakan guru
leadership yang sepakat bahwa; apa yang terjadi pada tahun-tahun pertama
kehidupan kita akan membuat perbedaan yang berarti dalam periode kehidupan
berikutnya.
Menurut mereka, pengalaman masa kecil dapat mempengaruhi kesuksesan atau
kegagalan seseorang. Pengalaman masa kecil juga bisa menimbulkan dorongan dan
daya kritis, kemauan mencoba, disiplin, dan sebagainya yang akan
membantuseseorang untuk mengembangkan rasa percaya diri serta keinginan
berprestasi. Sebaliknya, pengalaman masa kecil dapat pula menyebabkan seseorang
untuk tidak melakukan hal-hal tersebut. Jauh sebelum diangkat menjadi Nabi dan
Rasulullah, beliau sudah dikenal sebagai pedagang. Bahkan, sejak kecil, putra
dari pasangan Abdullah dan Aminah ini telah menunjukkan kesungguhannya terjun
dalam bidang bisnis atau kewirausahaan (entrepreneurship).
H.
Teladan
Rasullah Sebagai Interpreneur
Bagi kaum Muslimin,
jiwa entrepreneur atau wirausaha harus dikembangkan. Apalagi ketika tingkat
kebutuhan tenaga kerja semakin tidak bisa mengimbangi kecepatan jumlah sumber
daya manusia (SDM) yang tersedia. Tenaga kerja yang ada jauh lebih banyak
daripada kebutuhan. Pemerintah pun menyadari keterbatasannya dalam hal
penyediaan lapangan kerja, sehingga meng-kampanye-kan model kewirausahaan
kepada masyarakat dengan harapan dapat menolong dirinya sendiri secara ekonomi.
”Berdaganglah kamu, sebab lebih dari sepuluh bagian penghidupan, sembilan
diantaranya dihasilkan dari berdagang”.
Rahasia keberhasilan
berwirausaha adalah jujur dan adil dalam mengadakan hubungan dagang dengan para
pelanggan. Berwirausaha janganlah berorientasi pada keuntungan semata, namun
mengedepankan sisi memberi manfaat bagi sesama maka akan menuai barakah dan
ridha dari Allah SWT. Dengan berpegang teguh pada prinsip ini, Nabi telah
memberi contoh yang terbaik untuk menjadi pedagang yang berhasil. Rasulullah
memiliki sifat jujur, integritas, sikap baik dan kemampuan berdagang yang luar
biasa.
Bisnis bagi Rasulullah SAW tidak hanya sebatas perputaran uang dan barang, tapi ada yang lebih tinggi dari semua itu, yaitu menjaga kehormatan diri. Dengan kata lain, modal terbesar dari seorang yang menjadi pengusaha sukses, pemimpin sukses, atau ilmuwan sukses dalam disiplin ilmu apapun adalah mengembangkan jiwa entrepreneur sejak awal.
Bisnis bagi Rasulullah SAW tidak hanya sebatas perputaran uang dan barang, tapi ada yang lebih tinggi dari semua itu, yaitu menjaga kehormatan diri. Dengan kata lain, modal terbesar dari seorang yang menjadi pengusaha sukses, pemimpin sukses, atau ilmuwan sukses dalam disiplin ilmu apapun adalah mengembangkan jiwa entrepreneur sejak awal.
Rasulullah SAW
mengadakan transaksi bisnis sama sekali tidak untuk memupuk kekayaan pribadi,
tetapi justru untuk membangun kehormatan dan kemuliaan bisnisnya dengan etika
yang tinggi dan hasil yang didapat justru untuk didistribusikan ke sebanyak
umat. Dan inilah yang menyebabkan kepribadian junjungan kita, Rasullah SAW
begitu fenomenal, baik dalam mencari nafkah maupun dalam menafkahkan karunia
rizki yang diperolehnya. Allah dalam Al Quran juga memberikan motivasi untuk
berdagang pada ayat berikut ”Tidak ada dosa atas kamu mendapatkan harta
kekayaan dari Tuhanmu” …”Bertebaranlah kamu dimuka bumi dan carilah rahmat
Allah.” (Qs. Al Jumu’ah: 60).
I.
Menumbuhkan
Jiwa Interpreneur Anak dan Remaja
Menurut Dra. Alva
Handayani dan Zulia ilmawati psikolog, pemerhati masalah anak dan keluarga
mengatakan “Dengan mengajari ilmu kewirausahaan sejak kecil, berarti kita telah
melatih anak peka untuk mempelajari bagaimana cara mereka mencari kebutuhan
pasar , cara mengembangkan sebuah produk atau jasa untuk memenuhi kebutuhan,
dan cara menindak lanjuti ide menjadi peluang usaha yang menguntungkan mereka”.
Selain itu, anak-anak juga perlu diajarkan bahwa keberhasilan dalam hidup hanya
bisa dicapai jika mereka siap memberikan atau mengorbankan sesuatu yang
berharga sebelum mengharapkan imbalan dalam bentuk apapun.
Dibawah ini ada
beberapa kiat untuk memulainya :
1.
Berikan usaha ringan
Sebelum memberi uang
kepada anak kebisaaan buruk seorang ibu adalah memberikan uang kepada anaknya
ketika ia berpamitan kerja bahkan ketika anak berumur 11 bulan, hanya untuk
menghentikan tangisan. Ironinya ini justru banyak dilakukan masyarakat kelas
bawah. Akibatnya jika tidak terkendali selain anak tidak menghargai uang,
mereka menjadi manja bahkan “mengancam” untuk mendapatkannya. Anak harus diberi
kesadaran untuk apa ia diberi uang dan cara bijak mendapatkan dan
menggunakannya.
2.
Mengenal dan menciptakan peluang
bisnis
Cara sederhana adalah
dengan membantu anak mengenal keadaan sekitar lingkungan. Peluang bisnis bisa
muncul dari perubahan demografis, misalnya pertambahan penduduk dan pertambahan
pendapatan bisa menciptakan peluang bisnis baru atau tambahan permintaan barang
atau jasa. Seperti jasa fotocopy, menjual mainan,alat tulis, kue dan makanan.
Menciptakan ide atau kreativitas yang baru lebih mampu meraih minat
konsumen daripada menjalankan bisnis sama yang sudah ada. Ini bisa
dilakukan sendiri atau berkelompok. Pengalaman, latihan-latihan, dan pengetahuan
manajemen bisnis akan diperoleh anak secara otodidak di lapangan dan ini akan
sangat mendidik anak.
Cara mengajari
membangun bisnis, ada cara sederhana seperti yang dikonsepkan yaitu :
1.
Proses belajar menyenangkan
Latihan disekolah
seperti “ bussines day” atau “market day” merupakan salah satu cara yang bisa
menyenangkan. Dalam pembagian kelompok mereka bisa memasang strategi yang halal
tentunya untuk memasang target penjulan kepada kakak kelasnya. Proses mulai
dari diskusi barang, mendapatkan modal, pembagian tugas, pengemasan, pembagian
keuntungan secara jujur dan transparan.
Jika di rumah, carilah permainan yang dapat dipadukan dengan menyususn strategi bisnis dan investasi. Dari permainan tersebut diharapkan anak akan bisa mengelola keuangan,membelanjakan uang,bahkan kerugian atau risiko dalam bisnis contohnya bermain monopoli.
Jika di rumah, carilah permainan yang dapat dipadukan dengan menyususn strategi bisnis dan investasi. Dari permainan tersebut diharapkan anak akan bisa mengelola keuangan,membelanjakan uang,bahkan kerugian atau risiko dalam bisnis contohnya bermain monopoli.
2.
Ubah hobi dan pekerjaan sambilan menjadi
sebuah bisnis
Cobalah perhatikan
kegemaran anak. Jika dia senang membaca tanyakan berapa koleksinya dan
bagaimana jika dia memulai menyewakan. Termasuk kepandaian mencuci
mobil,membuat makanan. Bagi remaja hobi jual beli online merupakan langkah awal
yang baik jika terus dikembangkan kreatifitasnya untuk dapat berproduksi
sendiri.Mulailah dengan memberi nama”perusahaan”, deskripsi pendek mengenai
produk jasa yang ditawarkan,harga dan alasan harga, cetak brosur dan cari
pangsa bisnis yang tepat.
3.
Beri motivasi dengan cerita
Menceritakan kisah
hidup akan merangsang anak untuk meniru atau meneladaninya. Abdurrahman bin Auf
adalah sosok entrepreneurship sukses selain pejuang Islam yang hebat. Beliau
adalah sahabat Rasul yang paling kaya dan dermawan.Pada perang Tabuk beliau
memelopori dengan menyerahkan dua ratus “uqyah emas”. Setelah Rasulullah wafat
beliau bertugas menjaga keselamatan dan kesejahteraan istri Rasullullah. Walau
termasuk konglomerat terbesar dijamannya, itu tidak mempengaruhi jiwanya yang
dipenuhi iman dan takwa, beliau termasuk sahabat Rasulullah yang dijamin Allah
masuk surga.
4.
Berlibur dan bisnis
Mengajak anak melihat
tempat usaha saat berlibur merupakan cara yang ampuh. Anak bisa mencatat dalam
buku harian untuk mendapatkan data yang lebih komplet serta peluang dan
risikonya, mereka bisa membandingkan dengan usaha sejenis di tempat lain.
5.
Konsep cinta dan konservasi lingkungan
Walaupun jarang
dibicarakan namun anak dapat diajarkan bahwa intuisi mencintai alam dapat
memberi keberkahan hidup termasuk dalam bisnis. Kecintaan bercocok tanam,
beternak,memelihara ikan bahkan membantu mengatasi lahan kering justru sedang
berkembang menjadi trend bisnis, termasuk menggunakan enerji secara
efisien,efektif dan bertanggung jawab. Islam mewajibkan memelihara alam, bahkan
ada hadist yang melarang buang air kecil dibelakang pohon dan Islam melarang
sifat boros dan tidak bertanggung jawab dalam kehidupan sehari-hari.
6.
Magang
Selain memperkenalkan
anak anda pada usaha riil,dengan magang anak bisa langsung melihat langsung
praktik dari teori-teori yang telah dia peroleh.Teori kejujuran bisa langsung
dipraktekan dengan sebuah kantin kejujuran dimana tidak ada penjaga kantin
untuk menerima dan memberi kembalian uang.
J. Sikap Mental Wirausaha
Ada
enam Sikap mental (minimal) yang perlu dimiliki oleh seorang wirausahawan agar
sukses menjalankan wirausahanya adalah :
1.
Kreatif dan Inovatif
Bermental
Wirausahawan terletak pada seberapa besar seseorang dapat mengekspresikan dan
mengeksploitasi kemampuan dirinya, berimajinasi, senantiasa mendapatkan
inspirasi, menciptakan atau memperbaharui sesuatu yang belum terpikirkan oleh
orang lain dan hasil inovasinya itu menjadi sesuatu yang mempunyai nilai jual.
2.
Optimis, Tegar Dan Ulet
Rasa
percaya diri yang tinggi (tidak berlebihan), tegar dan sangat ulet patut
menjadi modal dasar dalam berwirausaha. Seseorang yang demikian tidak akan
mudah putus asa, bahkan mungkin tidak pernah putus asa. Masalah akan
dihadapinya dan bukan dihindari.
3.
Pekerja Keras
Waktu
kerja bagi seorang wirausahawan tidak ditentukan oleh jam kerja. Saat ia sadar
dari bangun tidurnya, pikirannya sudah bekerja membuat rencana, menyusun
strategi atau memecahkan masalah.
4.
Multi Tasking
Bermental
Wirausahawan sejati artinya dia Mempu memandang sesuatu dalam
perspektif/dimensi yang berlainan. Bahkan mampu melakukan multi-tasking
(melakukan beberapa hal pekerjaan/solusi sekaligus).
5.
Berhemat
Wirausahawan
yang bijaksana biasanya hemat dan sangat berhati-hati dalam menggunakan uangnya
terutama jika ia dalam tahap awak usahanya. Setiap pengeluaran untuk
kepentingan pribadi dipikirkannya secara serius sebab ia sadar bahwa
sewaktu-waktu uang yang ada akan diperlukan untuk modal usaha atau modal kerja.
6.
Berani Ambil Resiko
Seorang
wirausahawan berani mengambil resiko. Semakin besar resiko yang diambilnya,
semakin besar pula kesempatan untuk meraih keuntungan karena jumlah pemain
semakin sedikit.
K. Prinsip Enterpreneur Unggulan
Berikut
penulis jelaskan Lima prinsip yang dikemukakan Dr. Rhenald Kasali tersebut
tentang Entrepreneur Unggulan, yaitu :
1.
Reputasi (Kredibilitas)
Nama
baik adalah modal dasar kita untuk terjun berwirausaha. Apapun yang kita miliki
untuk meyakinkan seseorang (mitra) akan sia-sia adanya tanpa mempunyai
reputasi, track record yang baik.
2.
Tumbuh dari bawah
(Bottom Up)
Kesuksesan
dalam berwirausaha tidak tiba-tiba datang begitu saja, sukses dimulai dari
langkah kecil. Seiring berjalannya waktu, usaha yang kita geluti senantiasa
ditemani oleh berbagai macam hambatan sehingga manakala kita dapat melaluinya,
maka seiring itu pula kesuksesan demi kesuksesan terus kita raih.
3.
Istiqomah dan
konsentrasi/ Fokus
Sikap
Istiqomah adalah konsisten, tetap dan teguh. Tetap pada pendirian, tidak
berubah, dan tahan uji. Sikap istiqomah akan melahirkan tiga pondasi
Entrepreuner yaitu keberanian (Syajaah) dalam menggeluti dunia baru, ketenangan
(Itminan) dalam menghadapi berbagai risiko, dan Tafaul (optimis) dalam meraih
hasil/kesuksesan.
4.
Anti kerumunan
Berusaha
memasuki dunia usaha yang baru bukan bidang yang sudah dikelola oleh banyak
orang, kecuali mampu memberikan nilai lebih terhadap kualitas produk tersebut.
5.
Modal hanya pelengkap
Modal
(financial) menjadi alasan utama kenapa orang enggan atau sulit untuk
berwirausaha padahal. Mereka berpikir Uanglah satu2nya penentu wirausaha itu
dapat berdiri. Padahal kita bisa memulainya dengan tidak menggunakan modal uang
sama sekali misalnya join dengan teman, relasi yang mempunyai modal dan kita
turut serta mengelolanya atau jika ingin mendirikan usaha sendiri tanpa join
dengan yang lain bisa dimulai dengan modal yang sangat kecil atau mengajukan
pinjaman ke pihak lain (bank, kenalan atau saudara). Jika cerdas, kita bisa
memulai suatu usaha tanpa modal uang sama sekali. Misalnya dengan sistem titip
jual (konsinyasi).
L. Pentingnya Sikap Pantang Menyerah
dalam Berwirausaha
Sikap kerja pantang
menyerah dalam berwirausaha pada hakikatnya merupakan sinar terang keberhasilan
dalam menjalankan kehidupan usahanya baik untuk diri wirausaha, keluarganya
maupun untuk masyarakat. Seorang wirausahawan yang memiliki sikap kerja pantang
menyerah didalam usahanya pada hakekatnya adalah orang yang tidak mengenal
lelah didalam berwirausaha. Bagi seorang wirausaha, sikap pantang menyerah
adalah sikap yang tidak mudah patah semangat dalam menghadapi berbagai
rintangan, selalu bekerja keras untuk mewujudkan tujuan, menganggap
rintangan/hambatan selalu ada dalam setiap kegiatan yang harus dihadapi. Mereka
yang menyerah sebelum mencapai tujuan, mereka adalah orang-orang yang gagal dan
tak akan pernah sukses.
Wirausahawan yang
memiliki komitmen tinggi dan pantang menyerah di dalam berwirausaha, setidaknya
harus memiliki 6 kekuatan yang dapat membangun kepribadian :
1.
keyakinan yang kuat untuk maju
2.
kemauan yang keras untuk maju
3.
pemikiran yang konstruktif dan kreatif
4.
kesabaran dan ketabahan
5.
ketahanan fisik dan mental
6.
kejujuran dan tanggung jawab
M. Kreativitas Dalam Berwirausaha
Seorang wirausaha
adalah seorang yang memiliki jiwa dan kemampuan tertentu dalam berkreasi dan
berinovasi. Ia adalah seseorang yang memiliki kemampuan untuk menciptakan
sesuatu yang baru dan berbeda (ability to create the new and different) atau
kemampuan kreatif dan inovatif. Kemampuan kreatif dan inovatif
tersebut secara riil tercermin dalam kemampuan dan kemauan untuk memulai
usaha (start up), kemampuan untuk mengerjakan sesuatu yang baru (creative),
kemampuan untuk mencari peluang (opportunity), keberanian untuk
menanggung risiko (risk bearing) dan kemampuan untuk mengembangkan ide.
kemampuan - kemampuan
tersebut diperlukan terutama untuk :
1.
Melakukan proses/ teknik baru (the new
technik)
2.
Menghasilkan produk atau jasa baru (the
new product or new service)
3.
Menghasilkan nilai tambah baru (the new
value added)
4.
Merintis usaha baru (new businesess),
yang mengacu pada pasar
5.
Mengembangkan organisasi baru (the new
organisaton).
Menurut Sumarno (1984)
pengertian kreativitas dibagi menjadi dua yakni :
1.
Kreativitas adalah kemampuan untuk
membuat kombinasi-kombinasi atau melihat hubungan-hubungan baru antara unsur,
data, variabel, yang sudah ada sebelumnya.
2.
Kreativitas adalah kemampuan seseorang
untuk melahirkan sesuatu yang baru, baik berupa gagasan maupun karya nyata yang
relatif berbeda dengan apa yang telah ada sebelumnya.
Pemikiran kreatif
berhubungan secara langsung dengan penambahan nilai, penciptaan nilai, serta
penemuan peluang bisnis. Pola pemikiran kreatif juga dibutuhkan untuk menggambarkan
keadaan masa depan, di mana seorang wirausaha akan beroperasi, juga akan
memberikan gambaran yang tidak dapat dihasilkan oleh eksplorasi terhadap trend
masa kini. Dalam mengelola usaha, keberhasilan seorang wirausaha terletak pada
sikap dan kemampuan berusaha, serta memiliki semangat kerja yang tinggi.
Sedangkan semangat atau etos kerja yang tinggi seorang wirausaha itu terletak
pada kreativitas dan rasa percaya pada diri sendiri untuk maju dalam
berwirausaha. Seorang wirausaha yang kreatif dapat menciptakan hal-hal yang
baru untuk mengembangkan usahanya. Kreativitas dapat menyalurkan inspirasi dan
ilham terhadap gagasan-gagasan baru untuk kemajuan dalam bidang usahanya.
N. Pentingnya Profesionalisme dalam
Berwirausaha
Seorang wirausahawan harus dapat menekuni setiap usahanya secara
profesional, sehingga usaha yang didirikan dapat berkembang dengan baik dan
dapat menguntungkan semua pihak. Seorang wirausahawan haruslah mampu melihat ke
depan, dalam arti melihat dan berpikir dengan penuh perhitungan mencari pilihan
berbagai alternatif masalah dan pemecahannya. Untuk itu diperlukan seorang
wirausahawan yang handal dan profesional.
Seorang wirausahawan harus memiliki konsep-konsep berikut.
1.
Mengenal sangat
dalam terhadap produknya
2.
Yakin dan
percaya terhadap produknya
3.
Tidak berdebat
dengan calon pelanggan
4.
Memiliki jiwa
antusias.
5.
Komunikatif
dalam negosiasi
6.
Ramah dalam
pelayanan
7.
Santun dalam
penampilan
8.
Menciptakan
transaksi
9.
Memenuhi
kebutuhan pelanggan
10. Jujur, berani, dan mempunyai keberanian
BAB
III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Menurut pemateri kewirausahaan adalah proses mengelola bisnis dengan baik
dan benar dimana seorang wirausaha harus mempunyai kreativitas dan ide-ide yang
akan dikembangkan agar bisnis tersebut dapat menarik perhatian pelanggan, dan
juga seorang wirausaha harys mempunyai jiwa kewirausahaan didalam dirinya tidak
hanya dasarnya saja tetapi dapat menimbulkan bisnis baru yang lebih bagus.
Menurut isi materi kewirausahaan adalah kemampuan untuk menciptakan seuatu
yang baru dan berbeda (create new and different) melaui berpikir kreatif dan
bertindak inovatif untuk menciptakan peluang dalam menghadapi tantangan hidup,
yang mempunyai
sikap mental wirausaha yaitu, kreatif dan inovatif,
optimis, tegar dan ulet, pekerja keras,
multi tasking, berani ambil resiko
serta berhemat.
Menurut
pendapat saya kewirausahaan adalah kemampuan seseorang untuk menciptakan bisnis
atau peluang baru untuk menciptakan barang dan jasa, menambah nilai terhadap
tugas dan tanggung jawab yang dikerjakannya.
B. Saran
Setiap usaha harus
dijalankan dengan semaksimal mungkin agar usaha tersebut bisa sejalan apa yang
kita harapkan. Usaha tersebut harus mempunyai ide dan strategi yang baik untuk
membuka usaha atau sudah membuka usaha, agar usaha yang kita kelola bisa semakin
meningkat/maju.
DAFTAR
PUSTAKA
http://www.tabloidwirausaha.com/2015/01/etika-berwirausaha-dalam-pandangan-islam.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar