BAWANG
MERAH DAN BAWANG PUTIH
A. Tokoh
:
1. Ayah
2. Bawang
Putih
3. Ibu
Bawang Merah
4. Bawang
Merah
B. Watak
1. Ayah
2. Bawang
Putih
3. Ibu
Bawang Merah
4. Bawang
Merah
C. Naskah
Bawang Merah dan Bawang Putih
Jaman dahulu kala di sebuah desa tinggal sebuah keluarga
yang terdiri dari ayah, ibu, dan seorang gadis remaja yang bernama Bawang
Putih. Mereka adalah keluarga yang bahagia. Meski ayah Bawang Putih hanya
pedagang biasa, namun mereka hidup rukun dan damai. Namun suatu hari ibu Bawang
Putih sakit keras dan akhirnya meninggal dunia. Bawang Putih sangat berduka
demikian pula ayahnya.
Bawang
Putih : “ Ayah, mengapa ibu pergi
meninggalkan kita begitu cepat?
Ayah : “ Ini memang sudah
takdirnya, nak ! “
Bawang
Putih : “ Ya, sudah lah,
yah !”
Ayah : “ Ya, anakku yang sudah
biarkah sudah”
Di desa itu tinggal seorang janda yang memiliki anak bernama
Bawang Merah. Semenjak Ibu Bawang Putih meninggal ibu Bawang Merah sering
berkunjung kerumah Bawang Putih. Dia sering membawakan makanan, membantu bawang
putih membereskan rumah, atau hanya menemani Bawang Putih dan ayahnya ngobrol.
Dan akhirnya ayah bawang putih menikah dengan ibu bawang merah
Ayah :
“ Bawang Putih jika ayah menikah dengan ibu Bawang Merah
kamu setuju apa, gak ? “
Bawang Putih : “ Aku setuju ayah “
Ayah :
“ Baiklah kalau begitu, bagaimana denganmu Bawang Merah?
Bawang
Merah
: “ Aku setuju, Ya kan bu ? “
Ibu Bawang Merah
: “ Ya! “
Awalnya ibu bawang merah dan bawang merah sangat baik kepada
bawag putih . Namun lama kelamaan sifat asli mereka mulai kelihatan. Mereka
kerap memarahi bawang Putih dan kerap memberinya pekerjaan yang berat jika ayah
bawang putih sedang berdagang. Tentu saja Ayah Bawamg Putih tidak tahu karena
Bawang Putih tidak pernah menceritakannya
Ibu :
“ Putih kamu harus mengepel, cuci piring, dan semua pekerjaan
rumah harus kamu selesaikan “
Bawang
Putih : “ Baiklah ibu !”
Bawang
Merah : “ Putih kamu harus membersihkan kamarku yang berantakan “
Bawang
Putih : “ Iya…..ya kak
(Suatu
hari ayah Bawang Putih jatuh sakit dan kemudian meninggal dunia)
Ayah
: “Bawang Putih sepertinya ayah sudah tidak kuat lagi karena
penyakit
ayah yang hampir menyebar keseluruh tubuh ayah”
Bawang
Putih :” Ayah Putih mohon ayah jangan tinggalin putih yah!”
Ayah
: “ Nak jikalau ayah pergi baik2 ya, nak ! “
Bawang
Putih : “ Ya, ayah ! “
Ayah
: “ Bu, aku titip putih ya ? “
Ibu : “ Ya, ayah ! “
Bawang
Putih : “ a…..yah……., jangan tinggalin putih, yah” (menangis )
(Sejak
saat itu Bawang Merah dan ibunya semakin berkuasa dan semna-mena terhadap
Bawang Putih hampir tidak pernah beristirahat.)
Ibu :
” Putih kamu harus bangun sebelum subuh, untuk mempersiapkan
air mandi dan sarapan untuk saya dan bawang putih, kemudian
kamu harus memberi makan ternak, menyirami kebun, dan mencuci baju ke
sungai, lalu kamu harus menyetrika, dan membereskan rumah, mengerti ! “
Bawang Putih : “
mengerti, ibu ! “
Bawang
Putih pun pergi ke sungai untuk menyuci baju, pada saat menyuci baju ibu hanyut
terbawa arus.
Bawang
Putih : “aduh, bagaimana ini
baju ibu hanyut. Bisa-bisa aku kena
marah ibu, sebaiknya aku pulang dan
beritahu ibu. ” ( bawang putih berjalan menuju rumah dan akhirnya sampai juga
di rumah)
Bawang
Merah : “kenapa kamu putih, kho muka
kamu kaya panik?”
Bawang
Putih : “Itu kak, itu kak”
Bawang
Merah : “apa cepat ngomong kamu”
Bawang
Putih : “baju ibu hanyut kebawa arus
saat aku menyuci di sungai”
Bawang
Merah : “Ibu sini….”
Ibu : “Ada apa merah,
memanggil ibu”
Bawang
Merah : “Gara-gara putih baju ibu
hilang hanyut di sungai bu”
Ibu : “Dasar yah kamu, pergi
dan cari bajunya”
Bawang
putih pun pergi ke sungai, setelah beberapa jam berkeliling akhirnya putih
menemukan bajunya. Putih langsung pergi menuju rumah, dan akhirnya sampai di
rumah.
Bawang
Putih : “Ibu, ini baju nya aku
temukan tersangkut dibebatuan”
Ibu : “Bagus kamu
menemukannya, sekarang kamu pergi kedapur pekerjaanmu menumpuk!”
Bawang
Putih : “ Baik,bu”
Pada Suatu
hari Ibu pun sakit, dan ternyata sakit yang diderita ibu sangat parah.
Bawang
Merah : “Ibu harus sehat lagi, sekarang
ibu makan dulu yah. Putih ambilkan makan buat ibu”
Bawang putih :
“Ini kak makanannya”
Bawang
Merah : “Ibu makan yah biar cepat
sembuh”
Ibu : “Merah sepertinya ibu
tidak kuat lagi, jaga dirimu baik-baik”
Bawang
Merah : “Ibu bangun, jangan tinggalkan
merah” (menangis)
Bawang
Putih : “Ibu bangun, sabar kak kita
harus mengikhlaskan ibu” (menangis)
Dan
akhirnya setelah kepergian ibunya bawang merah meminta maaf kepada bawang
putih, dan mereka hirup rukun dan saling memaafkan.
Bawang
Merah : “Putih, maafkan atas semua
sikapku kepadamu, maafkan juga sikap ibu yang telah jahat kepadamu”
Bawang
Putih : “Iya kak, aku sudah memaafkan
atas sikap kak dan ibu kepadaku”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar