Kamis, 07 Januari 2016

bermain peran bawang merah bawang putih



BAWANG MERAH DAN BAWANG PUTIH
A.  Tokoh :
1.    Ayah
2.    Bawang Putih
3.    Ibu Bawang Merah
4.    Bawang Merah
B.  Watak
1.      Ayah
2.      Bawang Putih
3.      Ibu Bawang Merah
4.      Bawang Merah
C.  Naskah Bawang Merah dan Bawang Putih
Jaman dahulu kala di sebuah desa tinggal sebuah keluarga yang terdiri dari ayah, ibu, dan seorang gadis remaja yang bernama Bawang Putih. Mereka adalah keluarga yang bahagia. Meski ayah Bawang Putih hanya pedagang biasa, namun mereka hidup rukun dan damai. Namun suatu hari ibu Bawang Putih sakit keras dan akhirnya meninggal dunia. Bawang Putih sangat berduka demikian pula ayahnya.
Bawang Putih         : “ Ayah, mengapa ibu pergi meninggalkan kita begitu cepat?
Ayah                       : “ Ini memang sudah takdirnya, nak ! “
Bawang Putih         : “ Ya, sudah lah, yah !”
Ayah                       : “ Ya, anakku yang sudah biarkah sudah”
Di desa itu tinggal seorang janda yang memiliki anak bernama Bawang Merah. Semenjak Ibu Bawang Putih meninggal ibu Bawang Merah sering berkunjung kerumah Bawang Putih. Dia sering membawakan makanan, membantu bawang putih membereskan rumah, atau hanya menemani Bawang Putih dan ayahnya ngobrol. Dan akhirnya ayah bawang putih menikah dengan ibu bawang merah
Ayah                       : “ Bawang Putih jika ayah menikah dengan ibu Bawang Merah
kamu setuju apa, gak ? “
Bawang Putih         : “ Aku setuju ayah “
Ayah                       : “ Baiklah  kalau begitu, bagaimana denganmu Bawang Merah?
Bawang Merah         : “ Aku setuju, Ya kan bu ? “
Ibu Bawang Merah              : “ Ya! “
Awalnya ibu bawang merah dan bawang merah sangat baik kepada bawag putih . Namun lama kelamaan sifat asli mereka mulai kelihatan. Mereka kerap memarahi bawang Putih dan kerap memberinya pekerjaan yang berat jika ayah bawang putih sedang berdagang. Tentu saja Ayah Bawamg Putih tidak tahu karena Bawang Putih tidak pernah menceritakannya
Ibu                     : “ Putih kamu harus mengepel, cuci piring, dan semua pekerjaan
rumah harus kamu selesaikan “
Bawang Putih   : “ Baiklah ibu !”
Bawang Merah  : “ Putih kamu harus membersihkan kamarku yang berantakan “
Bawang Putih   : “ Iya…..ya kak
(Suatu hari ayah Bawang Putih jatuh sakit dan kemudian meninggal dunia)
Ayah                : “Bawang Putih sepertinya ayah sudah tidak kuat lagi karena
penyakit ayah yang  hampir menyebar keseluruh tubuh ayah”
Bawang Putih   :” Ayah Putih mohon ayah jangan tinggalin putih yah!”
Ayah                 : “ Nak jikalau ayah pergi baik2 ya, nak ! “
Bawang Putih   : “ Ya, ayah ! “
Ayah                 : “ Bu, aku titip putih ya ? “
Ibu                     : “ Ya, ayah ! “
Bawang Putih   : “ a…..yah……., jangan tinggalin putih, yah” (menangis )
(Sejak saat itu Bawang Merah dan ibunya semakin berkuasa dan semna-mena terhadap Bawang Putih hampir tidak pernah beristirahat.)
Ibu                     : ” Putih kamu harus bangun sebelum subuh, untuk mempersiapkan
air mandi dan sarapan untuk saya dan bawang putih, kemudian kamu harus memberi makan ternak, menyirami kebun, dan mencuci baju ke sungai, lalu kamu harus menyetrika, dan membereskan rumah, mengerti ! “
Bawang Putih   : “ mengerti, ibu ! “
Bawang Putih pun pergi ke sungai untuk menyuci baju, pada saat menyuci baju ibu hanyut terbawa arus.
Bawang Putih          : “aduh, bagaimana ini baju ibu hanyut. Bisa-bisa aku kena
marah ibu, sebaiknya aku pulang dan beritahu ibu. ” ( bawang putih berjalan menuju rumah dan akhirnya sampai juga di rumah)
Bawang Merah    : “kenapa kamu putih, kho muka kamu kaya panik?”
Bawang Putih      : “Itu kak, itu kak”
Bawang Merah    : “apa cepat ngomong kamu”
Bawang Putih      : “baju ibu hanyut kebawa arus saat aku menyuci di sungai”
Bawang Merah    : “Ibu sini….”
Ibu                       : “Ada apa merah, memanggil ibu”
Bawang Merah    : “Gara-gara putih baju ibu hilang hanyut di sungai bu”
Ibu                       : “Dasar yah kamu, pergi dan cari bajunya”
Bawang putih pun pergi ke sungai, setelah beberapa jam berkeliling akhirnya putih menemukan bajunya. Putih langsung pergi menuju rumah, dan akhirnya sampai di rumah.
Bawang Putih      : “Ibu, ini baju nya aku temukan tersangkut dibebatuan”
Ibu                       : “Bagus kamu menemukannya, sekarang kamu pergi kedapur pekerjaanmu menumpuk!”
Bawang Putih      : “ Baik,bu”
Pada Suatu hari Ibu pun sakit, dan ternyata sakit yang diderita ibu sangat parah.
Bawang Merah    : “Ibu harus sehat lagi, sekarang ibu makan dulu yah. Putih ambilkan makan buat ibu” 
 Bawang putih     : “Ini kak makanannya”
Bawang Merah    : “Ibu makan yah biar cepat sembuh”
Ibu                       : “Merah sepertinya ibu tidak kuat lagi, jaga dirimu baik-baik”
Bawang Merah    : “Ibu bangun, jangan tinggalkan merah” (menangis)
Bawang Putih      : “Ibu bangun, sabar kak kita harus mengikhlaskan ibu” (menangis)
Dan akhirnya setelah kepergian ibunya bawang merah meminta maaf kepada bawang putih, dan mereka hirup rukun dan saling memaafkan.
Bawang Merah    : “Putih, maafkan atas semua sikapku kepadamu, maafkan juga sikap ibu yang telah jahat kepadamu”
Bawang Putih      : “Iya kak, aku sudah memaafkan atas sikap kak dan ibu kepadaku”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar